Industri Alat Berat Belum Mampu Penuhi Kebutuhan
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Industri alat berat memiliki peranan penting dalam mendukung kegiatan industri strategis lainnya, seperti di sektor konstruksi, pertambangan, kehutanan, dan perkebunan. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian terus mendorong pengembangan industri alat berat nasional untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor.
“Kebutuhan alat berat di dalam negeri semakin meningkat. Terlebih lagi dengan adanya berbagai proyek pembangunan infrastruktur yang sedang digalang Pemerintaah saat ini,” kata Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, I Gusti Putu Suryawirawan, ketika meninjau PT Jakarta International Machinery Centre (Jimac) Perkasa, di Jakarta, Rabu (17/6/2015).
Kebutuhan alat berat pada tahun 2012 sebesar 16.000 unit dan tahun ini diperkirakan mencapai 24.000 unit. Sementara itu, tahun 2010, Indonesia mengimpor alat berat sebesar USD 2 miliar, sedangkan ekspor alat berat mencapai USD 450 juta.
Menurut Putu, ketersediaan alat berat secara memadai akan sangat mendukung strategi kebijakan pemerintah dalam mendorong kebutuhan untuk pembangunan nasional. Namun, industri alat berat dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan saat ini. Sebab itu, upaya rekondisi dan impor dari sektor industri alat berat masih diperlukan, yang tentunya sinergi dengan sektor industri yang lain.
Dikatakan, rekondisi tersebut merupakan upaya untuk memperbaiki kondisi alat berat yang sudah tidak berfungsi lagi agar dapat dipasarkan kembali. Hal itu dapat menghemat anggaran pembelanjaan alat berat, yang dari tahun ke tahun harganya terus meningkat seiring tuntutan pasar global.
Peluang pasar di industri alat berat masih cukup besar dan menarik bagi investor dalam dan luar negeri. Pemerintah terus memberikan dukungan dan fasilitas bagi investor yang akan menanamkan modalnya di Indonesia. “Dengan masuknya investasi tersebut, diharapkan dapat memperluas lapangan pekerjaan sekaligus mempercepat laju pertumbuhan industri dan ekonomi bangsa yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat,” tutur Putu.
CEO Jimac Group, Benny Kurniajaya, mengatakan, perusahaannya telah bekerja sama dengan perusahaan alat berat terbesar di Tiongkok, Sany Heavy Industries Co., untuk membangun industri alat berat di Indonesia senilai USD 200 juta.
“Kami akan bangun di Batam dengan target penyerapan tenaga kerja baru sebanyak 300 orang. Jadi, kami tidak hanya proses rekondisi saja, tetapi sudah meningkat pada proses pembuatan atau manufacturing melalui pabrik baru,” tuturnya. (ril/ender)