IBC Lokomotif Perekonomian Nasional
Laporan: Redaksi
PEKALONGAN, (TubasMedia.Com) – International Batik Center (IBC) di Pantura Wiradesa, Pekalongan diharapkan tampil menjadi lokomotif menghela industri batik nasional sekaligus motor penggerak perekonomian nasional. Karena itu IBC selain dikenal sebagai pusat pasar penjualan batik, IBC juga harus mampu memberi nilai tambah kepada konsumen.
“Nilai tambah itu teramat penting sebab jika hanya mengandalkan penjualan batik, IBC tidak perlu dibangun. Jualan batik bisa di mana-mana koq,” kata Staf Ahli Menteri Perindustrian bidang Pemasaran dan P3DN, Fauzi Aziz saat berkunjung ke IBC, Pekalongan pekan silam.
Fauzi Aziz bersama rombongan saat itu diterima pengelola IBC HA Failasuf dan GM IBC Suryana Muliawan.
Sebelumnya Failasuf menyatakan IBC didirikan, selain bertujuan sebagai pusat perdagangan batik, juga menjadi pusat pengembangan budaya batik nasional. Di IBC katanya, selain dapat membeli batik dari segala corak, juga akan dijadikan pusat pendidikan pembuatan batik.
Pembeli menurutnya akan bisa melihat langsung proses pembuatan batik. Bahkan anak-anak akan diberi pendidikan pembuatan batik.
“Selain itu, IBC diharapkan tampil menjadi salah satu pusat wisata budaya sehingga IBC bermakna mengangkat batik ke kancah dunia internasional,” katanya.
Di bagian lain keterangannya, Failasuf menjelaskan untuk mengantisipasi pengadaan bahan baku batik yang sebagian besar masih harus impor, pengelola IBC berniat menjalin hubungan dengan pengusaha China, khusus pengadaan bahan baku.
Pihak China katanya sudah menyatakan kesediaanya memasok bahan baku batik dengan harga yang kompetitif. Namun tidak dijelaskan bentuk kerjasama dimaksud. “Penyediaan bahan baku batik dari China sudah mereka sanggupi dengan harga lebih murah,” jelasnya.
Mengomentari pengadaan bahan baku impor tersebut, Fauzi Aziz mengatakan struktur usaha sebaiknya tidak bergantung dari bahan baku impor bahkan sebaliknya harus meningkatkan penggunaan bahan baku lokal.
Failasuf menyatakan setuju dengan konsep yang ditawarkan Fauzi Aziz, hanya saja katanya hingga kini sutera terbaik itu masih dari China sehingga tidak ada pilihan lain selain mengimpor sutera dari China.
“Demikian juga kapas, sepenuhnya masih harus kita impor. Karena itu dalam kesempatan ini kami sebagai pelaku usaha mengharapkan peran pemerintah untuk membuat perkebunan kapas di Indonesia dengan mutu yang bagus,” katanya menambahkan, seluruh pelaku industri batik ingin membeli bahan baku di dalam negeri.
IBC berdiri di atas lahan seluas 4 ha yang menyediakan 700 unit kios niaga yang dilengkapi dengan fasilitas alat pendingin (AC) serta lapangan parkir yang luas. Di atas lahan seluas 4 ha itu direncanakan berdiri fasilitas penunjang wisata seperti hotel.
Fauzi Aziz menekankan agar di areal seluas 4 ha itu jangan hanya berdiri gedung-egdung pencakar langit namun dipikirkan juga penghijauan yang bermanfaat kepada kelestarian alam sekaligus penyangga bahan baku industri batik. (sabar)