Ibarat Kodok, Hidup di Dua Alam
Oleh: Fauzi Azis
KATAK atau kodok berdasarkan kehendak penciptanya ditakdirkan bisa hidup di dua alam, yakni di darat dan di air. Para politisi di negeri ini juga bisa hidup di dua alam seperti kodok/katak. Hidup di dunia politik ibarat hidup di dunia persilatan atau dunia bisnis/broker proyek APBN/APBD.
Tapi pasti tidak semuanya seperti itu dan mereka sering menyebutnya hanya oknum yang bergaya hidup seperti “kodok”. Jika kehidupannya seperti kodok, berarti mereka itu yang suka disebutnya oknum.Yang seperti itu perilakunya berarti mereka bisa disebut sebagai manusia yang memiliki kebiasaan hidup melawan kodrat.
Negara ini bisa kacau jika diurus oleh sejumlah figur yang reputasinya buruk dan dari sisi kepentingan rakyat tidak ada nilainya apa-apa, kecuali hanya dilihat keburukannnya saja. Kalau mau jadi politisi jadilah politisi yang berkualitas untuk mengabdi pada kepentingan rakyat. Berbicara yang jujur. Jika tahu katakan tahu. Ya kalau ya, tidak kalau tidak, selain itu semuanya dari iblis.
Bersilat lidah dan bersilat kata tidak baik karena bisa kebanting sendiri dan akhirnya jadi tersangka di KPK. Katakan tidak pada korupsi, tahunya masuk jeruji besi. Inilah sosok yang hanya pandai bersilat lihat dalam berpolitik yang tidak menggambarkan kualitas dan kredibilitasnya sebagai politisi handal.
Negeri ini jangan buat mainan seperti panggung sandiwara yang sedang melakonkan sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan. Cara kerja politiknya gemar mempertontonkan arogansi yang seakan panggung politik itu hanya miliknya.
Begitu pula pebisnis. Jadilah pelaku bisnis yang professional agar mampu menjadi mesin pertumbuhan ekonomi yang dapat memberikan kontribusi bagi pengentasan kemiskinan dan mengurangi pengangguran. Jadi broker boleh saja dan tidak dilarang. Tapi kalau menjadi makelar APBN/APBD alangkah nistanya perilakunya karena APBN/APBD haram untuk dijadikan obyekan apalagi digunakan sebagai barang jarahan.
Katak atau kodok meskipun hidup di dua alam, dia masih bisa berkata jujur. Meskipun kadangkala hidup di air atau di darat, suara yang keluar dari mulutnya sama saja yaitu seperti yang sering kita dengar sendiri. Wujudnya juga tidak berubah dan kelakuannya juga sama saja ketika ia hidup di air maupun di darat.
Apa yang kita lihat hingga kini, kerja-kerja politik yang mereka lakukan seperti tidak punya arah. Waton suloyo dan memuakkan. Idialismenya nyaris nihil padahal mereka sedang bertugas mengurus negeri ini untuk mencapai tujuan bernegara.
Inilah cerita tentang praktek politik yang hidup di dua alam, yang pola gerakan dan tindakannya seperti kodok. Semoga ke depan kita bisa menikmati sebuah perubahan yang menjadi harapan kita semua dengan arah yang lebih jelas dan terukur. Kita harapkan legitimasi yang mereka dapatkan adalah sebuah hasil kerja politik yang penuh dengan prestasi dan reputasi. ***