Film “Perahu Kertas” Membingkai Beragam Nilai Kehidupan

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Satu lagi film yang ‘berlayar’ di bioskop-bioskop Tanah Air saat libur Lebaran tahun ini, berjudul Perahu Kertas. Beragam nilai kehidupan terbentang dan terbingkai dalam film ini. Mulai dari merakit cita-cita, menyulam cinta, menenun talenta, hingga pasang surut dalam berelasi. Semuanya dirangkai menjadi sebuah kisah tentang makna lakon hidup yang begitu indah.

Diceritakan, dua orang remaja, Kugy (Maudy Ayunda) dan Keenan (Adipati Dolken), memiliki hubungan. Namun, relasi mereka tak berjalan mulus alias mengalami pasang surut. Kisah bermula ketika mereka berdua kuliah di Bandung.

Kugy yang bercita-cita ingin menjadi penulis dongeng, kuliah di Fakultas Sastra. Ia punya kebiasaaan unik, yaitu suka membuat perahu kertas yang kemudian dilarungkannya di sungai. Keenan, pelukis muda berbakat, oleh ayahnya dipaksa kuliah di Fakultas Ekonomi. Bersama dengan sahabat Kugy sejak kecil, Noni (Sylvia Fully R), serta pacar Noni, yakni Eko (Fauzan Smith), yang juga adalah sepupu Keenan, mereka berempat menjadi geng kompak.

Film Perahu Kertas diangkat dari novel best seller berjudul sama karya Dewi ‘Dee’ Lestari. Dee adalah salah satu novelis terkemuka Indonesia. Buku-bukunya senantiasa diminati banyak pembaca. Produksi film ini merupakan kerja sama tiga rumah produksi, yaitu Starvision, Bentang Pictures (Kelompok Mizan), dan Dapur Film. “Hanung Bramantyo bertindak sebagai sutradara, dan Dee terjun langsung menulis skenario film ini,” kata Parvez.

Menurut Parvez, Hanung Bramantyo menawarkan konsep penyutradaraan yang relatif berbeda dengan film-film dia sebelumnya. Hanung tidak hanya membaca skenario yang disodorkan Dee, tapi juga membaca novelnya dengan begitu detail. “Dari pemahamannya atas isi novel tersebut, Hanung kemudian mengeksekusi konsep itu dengan sangat baik, dengan pengambilan gambar di Jakarta, Bogor, Bandung, dan Bali. Syutingnya memakan waktu 40 hari,” ujarnya.

Dikatakan, ketika semua potongan gambar itu direkatkan oleh editor Cesa David Luckmansyah, durasi total cerita film Perahu Kertas lebih dari 4,5 jam. Maka diskusi kilat pun dilakukan. Hasilnya, film Perahu Kertas perlu dibagi menjadi dua bagian. “Ini dilakukan agar tidak mengurangi detil-detil dan kekompleksan cerita Perahu Kertas. Sehingga, nantinya tidak mengecewakan pembaca novel khususnya, dan para penonton film umumnya. Dalam film Perahu Kertas, bagian pertama adalah kisah tentang hati, sedangkan bagian kedua berkisah tentang cinta sejati,” tandasnya.

“Seperti novelnya yang diterima amat baik oleh pembaca Indonesia, kami optimistis film Perahu Kertas mendapatkan apresiasi dan sambutan yang amat baik pula dari pernonton film di Indonesia,” ujar Parvez. (stevie)

CATEGORIES
TAGS