Dunia Teater Diantara Nuansa Kepentingan Semu

Loading

Oleh: Subani CKD

Ilustrasi

ORANG berpikir langkah kita mau kemana, apakah kita hanya cukup menghitung hari, bulan dan tahun dengan perkembangan dunia teknologi yang kian canggih. Jawabnya ya… kita diantara nuansa mencari solusi menampilkan sebuah karya teater diantas panggung. Suatu ketika kita dihadapkan persoalan yang makin padat agar bisa membungkus karya panggung diterima berbagai pihak.

Bagiamanapun, kita menawarkan kepada audience menyadarkan tentang celah kehidupan rakyat dari berbagai kelas. Banyak persoalan terhadap jalannya demokrasi, pemerintah yang kerap kali membuat orang harus berpikir mau dikemanakan. Justru yang perlu ditekankan pentas dipanggung hanya mau menawarkan sebuah pemikiran penulisan naskah yang menangkap jaman. Kadang satire yang disampaikan haruslah mengena dan menjadi panutan.

Banyak teaterawan serta dramawan kita menyuguhkan tontonan itumenjadi komedi satire dan kenapa komedi menjadi pilihan. Karena kalau kita menampilkan yang serius orang sudah capek mendengar berita begini begitu tentang birokrasi pemerintah yang sarat dengan prilaku penyimpangan dari tindak pidana korupsi, sosial sampai kepada bentuk-bentuk dunia kejahatan yang paling multifungsi.

Seorang aktor yang menjalankan perannya diatas panggung memang harusmengikuti petunjuk sutradara dalam artistiknya. Namun mengenai isi jalan cerita tergantung aktorlah yang melahirkannya mengupas sisi naskah itu. Ya….. mbok Parmin yang tukang sayur menangis terus menerus karena tidak bisa membelikan susu dan mencukupi kebutuhan hidup.

Bahkan mbok Parmin pun menangis tidak bisa menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi, karena keadaan. Sementara dimenara gading lagi pada ribut pejabat ketangkap basah korupsi berjamaah. Dua posisi inilah kita menyampaikan kepada publik yang bisa menghibur penonton.

Sejak dulu para tokoh seperti Riantiarno, WS Rendra, Arifin C Noor, Putu wijaya mengungkap fakta itu dengan adonan mereka. Nyatanya banyak pula teaterawan, dramawan di Indonesia berhasil menangkap sebuah kunci permasalahan kehidupan di negeri ini dengan mengajak penonton bisa memahaminya.

Dari adegan ke adegan mengungkap sebuah fakta yang lengkap dan membuka pikiran manusia menganalisa. Sebab belum tentu pridiksi politkus akan benar tentang sebuah kejadian ketata negaraan yang tercabik-cabik arogansi individu pejabat dan bentuk–bentuk teror politik yang menembus pola pikir tentang sebuah kejadian yang perlu ada perubahan.

Sementara pertunjukan teater yang menampilkan naskah mengungkap fakta itu malah seperti sebuah prediksi yang merubah bentuk budaya manusia yang kerapkali membuat bisul-bisuldi dalam kepemerintahan ‘bisa meletus’. Meski hasilnya yang dilahirkan hanya gagasan komedi satire. Toh pementasan mampu menganalisa serta menggugah pikiran manusia. Itulahtugas pertunjukan teater memberikan sebuah solusi yang kerap kali dianggap banyak pejabat ‘ kurang ngajar’. Karena mengambarkan seorang politikus yangketus, ceroboh, koruptor ‘tapi dungu’.

Soal pertunjukan itu, seperti menelanjangi beberapa kejadian seharusnya menjadi suatu kebutuhan utuk ditonton dengan maksud bisa intropeksi. Ya dunia teater kita harus bisa menembus persoalan demi persoalan menjadi suatu hiburan yang dibutuhkan bagi penonton di Indoesia yang masih membutuhkan hiburan yang benar-benar menuntun penonton menjadi tahu tentang rusaknya norma manusia yang kerap kali menabrak rambu-rambu norma yang umum.

Disini kita bukan membuat mereka tidur dan bengong menonton pertunjukan, melainkan justru menggugah agar berpikir kedepan tentang konsep pemikiran dramawan, teaterawan saat menyanjikan sebuah pertunjukan kritik sosial bukan bermaksud mempermalukan orang yang sudah melakukan pelanggaran norma–norma umum.

Melainkan contoh yang kita suguhkan tidak perlu ditiru dan bisa mejadi perubahan baru untuk bersikap lebih baik.Memang terkadang kita dihadapkan posisi ketidak tahuan serta kepahaman orang-orang tertentu yang mempunyai kebijakan. Justru menghambat perjalanan kita menunda pertunjukan menjadi harus banyak yang disensor.

Kenapa, kalau memang kenyataanya begitu mengapa terjadi pembiaran dan menghakimi para teaterawan untuk tidak melangkah lebih jauh masuk ke dalam intern mereka. Lha seniman teater tahunya baca Koran, serta komentar-komentar para ahli serta kejadian yang ada lalu dipadukan menjadi sebuah tontonan, kenapa harus dilarang.

Meski begitu, patutlah kiranya para teaterawan menerobos untuk mmperbaharui cerita naskah yang lebih bisa mewakili banyak orang dan merupakan kebutuhan hiburan yang dinanti-nanti penggemarnya. Seperti yang pernah dilakukan tokoh kita Arifin C Noor, Putu Wijaya dan Riantiarno. Menghibur dan menggugah orang berpikir untuk mencari solusi terbaik. Menata sebuah budaya dan perilaku yang lebih konsisten dalam menjalan tugas bisa lebih amanah sebagai pejabat dan legislatif. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS