30.000 Set Furniture Rotan Disiapkan untuk Sekolah-sekolah

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Tidak kurang dari 30.000 set furniture berbahan baku rotan akan disiapkan untuk disalurkan ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia yang furniturenya mengalami kerusakan. Terbanyak di Pulau Jawa dan seterusnya ada di Kalimantan, Sulawesi dan Aceh.

Hal itu diutarakan kata Ketua Tim Sekretariat Penggerak Peningkatan Penggunaan Furnitur Rotan di Instansi Pemerintah dan Sekolah, Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Abdul Rochim yang juga Sesditjen Industri Agro, Kemenperin kepada pers di ruang kerjanya pekan silam.

Sementara itu disebut, pasca terbitnya larangan ekspor bahan baku rotan, dalam waktu dekat timnya akan mengumpulkan berbagai perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta. Tujuannya untuk mengarahkan dana tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) dapat dimanfaatkan untuk menggalakkan penggunaan furnitur rotan di perusahaannya masing-masing.

“Dikumpulkannya perusahaan BUMN dan swasta tersebut, adalah untuk percepatan penyerapan rotan lokal bagi pemenuhan berbagai kebutuhan di dalam negeri,” tambahnya.

Penyediaan furniture berbahan baku rotan akan menjadi salah satu program pemerintah untuk semakin memperkenalkan produk dalam negeri kepada para siswa dan sekaligus salah satu cara pelestarian alam.

Menurut Rohim, pihaknya telah melakukan anjangsana kepada pihak-pihak sekolah yang furniturenya perlu pergantian agar furniture penggantinya digunakan dari bahan baku rotan. Responnya kata Rohim sangat positif.

Pasalnya, selain tujuan memperkenalkan furniture rotan kepada para siswa adalah produk nasional yang perlu dicintai, juga memberitahukan kepada para pelajar bahwa rotan perlu dilestarikan.

Menurut Rohim, pelestarian rotan sangat perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak, khususnya tata cara pengambilan rotan dari hutan harus sesuai dengan aturan main yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Kehutanan.

Melihat keadaan sekarang, lanjutnya, pengambilan rotan dari hutan teramat memprihatinkan bahkan cenderung sudah merusak masa depan rotan itu sendiri. Masyarakat sangat bebas membabat rotan tanpa pernah memikirkan pelestariannya. “Selama ini memang benar ada budi daya, tapi tidak sebanding dengan apa yang sudah dibabat. Nah berdasarkan inilah kita perlu tanamkan kepada anak-anak kita yang masih usia muda akan perlunya melestarikan hutan,” lanjutnya.

Di bagian lain keterangannya adalah, kehadiran furniture rotan sangat diharapkan menjadi booming seperti baju batik. Jika batik bisa diterima warga masyarakat sebagai pakaian produk nasional, furniture rotan seharusnya demikian adanya. “Kita mengharap seperti itu,” kata Rohim.

Rohim yakin kalau furniture rotan bisa diterima warga masyarakat sebagai furniture yang wajib dipakai, lapangan pekerjaan akan semakin terbuka lebar dan investor pun akan tumbuh berkembang yang sekaligus bisa menjadi lokomotif menghela kesejahteraan masyarakat banyak. Seperti diketahui, Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar dan memasok 85% konsumsi rotan dunia. Di Indonesia terdapat 8 famili rotan yang terdiri dari 306 jenis. Namun, rotan yang biasa dimanfaatkan sebanyak 51 jenis.

Jumlah rotan yang dapat diproduksi sebesar 530.000 ton, kemudian dikonversi menjadi rotan kering 210.000 ton, lalu diolah lagi menjadi rotan asalan dan rotan setengah jadi 126.000 ton. Sehingga sisa tinggal 63.000 ton. Rotan itu lalu diekspor sebesar 33.000 ton dan sisanya 30.000 ton dipakai untuk kebutuhan industri barang jadi rotan di dalam negeri. Padahal, kebutuhan bahan baku rotan untuk dalam negeri sebesar 62.921 ton, dengan perincian 60% rotan murni dan 40% rotan kombinasi. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS