Yes, We Can

Loading

Oleh: Fauzi Azis

ilustrasi

ilustrasi

DALAM konteks Indonesia kekinian, berderap maju dengan satu pikiran sangat diperlukan mewujudkan Indonesia menjawab tantangan zaman. Tema ini juga adalah aset yang amat mahal nilainya bahkan menjadi sebuah modal sosial yang mampu membawa bangsa ini berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Berderap maju dalam satu pikiran sepadan dengan semangat holopis kuntul baris atau berat sama dipikul ringan sama dijinjing untuk menyelesaikan seluruh persoalan bangsa di bidang apapun. Jangan sampai bangsa ini terus-terusan berada di persimpangan jalan untuk menapak maju dan tidak berhasil membuat peta jalannya karena fragmentasi berfikirnya tidak berada dalam satu visi dan misi.

Sampai akhir tahun 2013, memasuki tahun 2014, negeri ini terus bergemuruh dengan berbagai suara ibarat lomba burung berkeciau. Alasannya sangat picisan, yakni, ini demokrasi bung, berbeda pendapat adalah hak konstitusi setiap warga negara. Hanya baru di situ sudah berhenti memaknai kehidupan yang demokratis. Sesederhana itukah jawabannya. Tentu tidak.

Demokrasi kita adalah demokrasi Pancasila. Perbedaan pendapat tetap dihormati. Pikiran yang bersifat konstruktif dan produktif sangat diperlukan dan yang seperti ini bisa datang dari siapa saja di antara seluruh komponen bangsa.

Pikiran yang baik harus direkam dan dicatat baik-baik karena memilki bobot yang bisa memberikan kontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara. Yang busuk, menyesatkan,dan bersifat destruktif harus dibuang jauh-jauh karena akan menghambat jalannya pembangunan bangsa.

Setiap pemimpin nasional harus bisa melihat dengan jernih potensi tersebut. Dan harus bisa mengorganisir pikiran-pikiran yang baik sebagai dasar di setiap pengambilan keputusan penting di negeri ini. Proses dan mekanismenya dijamin secara konstituional, yakni melalui musyawarah mufakat yang didasari semangat ber-ke-Tuhan-an. Kita beruntung menjadi bangsa rumpun melayu dan ras Asia.

Di abad pertama masehi, Asia menyumbang 76,3% terhadap PDB dunia. Meskipun dalam perkembangannya terjadi penurunan akibat revolui industri, tahun 1820 terjadi pergeseran, dimana andil Eropa Barat naik menjadi 23,6% (semula hanya 8,7%) dan andil Asia turun menjadi 59,2%. (Kishore Mahbubani).

Banyak pihak memproyeksikan bahwa Indonesia pada tahun 2030 akan menjadi negara nomor 7 di dunia dengan kekuatan ekonominya. Rasanya masuk akal karena sumber daya nasional kita cukup punya energi untuk mencapai ke tahap itu. Persoalannya siapkah kita menggapainya ? Jawabannya adalah yes we can, asal para pemimpin nasional yang akan datang tidak berfikir seperti katak dalam tempurung.

Di dalam negeri banyak ngoceh, tapi pada fora-fora internasional hanya menjadi follower seperti tidak siap menjadi bangsa yang besar. Peta jalan Asean harusnya dipimpin oleh Indonesia, bukan malah kita yang dikerjain oleh Malaysia, Singapura atau Australia di Pasifik Timur. Teka teki ini harus kita jawab sendiri. Dan pastinya kita sebagai bangsa yang bersatu ingin berderap maju untuk kepentingan bersama. Syaratnya kita harus mampu menyatukan seluruh pikiran, bukan seperti sekarang ini hanya cakar-cakaran berebut rente seperti orang baru gede. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS