Waspadai Demam Berdarah
Oleh: Anthon P.Sinaga
DEMAM Berdarah Dengue (DBD) hampir sepanjang tahun mengancam kehidupan masyarakat di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang (termasuk Tangerang Selatan) dan Bekasi (Jabodetabek). Jentik-jentik nyamuk penyebab demam berdarah ini cepat berkembang dan sulit diberantas. Hampir seluruh rumah sakit di Jabodetabek ada penderita DBD, walau hanya sporadis, dan ciri-cirinya pun tidak mudah terlihat kalau darah tidak diperiksa ke laboratorium.
Oleh karena itu, masyarakat di Jabodetabek perlu mewaspadai potensi terjadinya DBD di lingkungannya, termasuk pada musim kemarau sekarang ini Nyamuk DBD atau yang dikenal dengan Aedes aegypti memiliki sifat menyukai air jernih. Sehingga, tempat-tempat atau wadah yang bisa menyimpan air jernih, perlu disingkirkan agar tidak memberi peluang bagi nyamuk ini bersarang.
Belum lama ini dilaporkan, kasus DBD di Kota Tangerang naik. Yakni dalam kurun waktu Januari hingga Juli 2012, penyakit DBD mencapai 255 kasus. Jumlah ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang hanya 103 kasus. Tahun ini sudah ada seorang yang meninggal dunia, sedangkan tahun lalu sama sekali tidak ada karena cepat terdeteksi dan dibawa berobat ke rumah sakit.
Pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang mengakui, jumlah kasus DBD per tahun di kota ini cukup fluktuatif. Misalnya, dalam kurun waktu tahun 2008 hingga 2010, total jumlah kasus DBD dalam satu tahun berkisar antara 800 kasus hingga 1.400 kasus. Tingkat kematian memang tidak melebihi 2 persen, karena cepat tertangani. Namun, bila masyarakat lengah dalam memberantas sarang nyamuknya, maupun terlambat diobati karena dikira hanya demam biasa, maka tingkat kematian bisa melebihi persentase tersebut.
Pencegahan
Untuk melawan merebaknya penyakit demam berdarah ini, adalah lebih baik melakukan upaya pencegahan. Yakni, menyingkirkan tempat-tempat yang memungkinkan jenis nyamuk Aedes aegypti ini berkembang biak. Antara lain, membersihkan tempat atau bak penampungan air secara rutin. Bila ada anggota keluarga yang terserang demam, harus dicurigai kemungkinan demam berdarah dengan memeriksakannya ke dokter atau petugas medis, ataupun memeriksakan darahnya ke laboratorium klinik.
Di DKI Jakarta, hampir di seluruh RW atau Kelurahan, melakuan gerakan 3 M setiap hari Jumat. Yakni M pertama, menguras bak atau tempat penampungan air di setiap rumah. M kedua, menimbun botol-botol atau kaleng-kaleng bekas yang bisa menampung air ke dalam tanah, dan M ketiga, menutup lubang-lubang atau legokan tanah yang bisa membuat air hujan tergenang. Kebiasaan baik ini perlu ditiru dan dibudayakan untuk menjaga lingkungan yang sehatan.
Selain itu, beberapa tempat yang sering luput dari pembersihan, adalah talang –talang air di atap rumah, akuarium dan wadah penampungan air di kulkas model lama. Demikian pula botol-botol atau gelas air mineral yang sering dibuang begitu saja, tetapi masih ada air di dalamnya. Semuanya ini menjadi tempat berkembang biaknya jentik-jentik nyamuk demam berdarah tersebut. Usaha pengasapan (fogging), sebenarnya hanya mampu mematikan nyamuk dewasa, sedangkan jentik-jentiknya masih tetap hidup.
Pada bulan suci Ramadan ini, masyarakat diharapkan jangan lengah membersihkan tempat-tempat atau wadah penampungan air di rumah, yang kerap terlupakan. Tiap-tiap keluarga hendaknya ikut memantau dan memberantas jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti di lingkungan perumahan masing-masing. Alangkah lebih baik dan lebih murah upaya mencegah, daripada harus berobat ke rumah sakit yang biayanya mahal setelah terserang penyakit, walaupun ada subsidi dari pemerintah.***