Tumbuh Tanpa Bisa Membangun
Oleh: Fauziz Azis
TUMBUH tanpa bisa membangun adalah hanya sebuah ungkapan untuk menggambarkan sebuah kondisi yang dihadapi oleh Indonesia saat ini di bidang ekonomi. Sejak krisis 1998, pemerintah secara bertahap berhasil menata kembali perekonomiannya meski pun harus dibayar mahal oleh seluruh rakyat Indonesia karena sistem ekonomi nasional harus tunduk kepada sistem yang bersifat liberal.
Kondisi ini harus ditelan mentah-mentah karena pemerintah kala itu dipaksa menelan pil pahit yang resepnya dibuat oleh IMF sebagai obat penyembuh agar ekonomi Indonesia dapat bangkit kembali. Resep tersebut terbungkus dalam satu paket ramuan yang disebut sebagai “Structural Adjustment Program” (SAP) yang isinya antara lain :
1) pelaksanaan kebijakan anggaran ketat, termasuk penghapusan subsidi negara dalam berbagai bentuk.
2) pelaksanaan liberalisasi sektor keuangan.
3) pelaksanaan liberalisasi sektor perdagangan dan investasi.
4) pelaksanaan privatisasi BUMN.
Kerangka kebijakan ekonomi Indonesia yang selama ini berjalan pasca krisis ekonomi 1998 praktis berjalan pada landasan sistem ekonomi liberal. Fakta ini masih berjalan hingga sekarang. Ciri sebuah negara yang sistem ekonominya bersifat liberal antara lain adalah peran pemerintah sebagai faktor pembangunan sangat terbatas dan intervensinya hanya dapat dilakukan bila terjadi kegagalan pasar.
Ciri berikutnya adalah peran modal asing dominan di sektor finansial, pasar uang, pasar modal dan investasi asing langsung. Hampir semua tindakan pemerintah bersama bank sentral melalui kebijakan moneter dan fiskal pada dasarnya dilakukan hanya untuk menjaga stabilitas pasar uang dan pasar modal.