Tragedi Udara 2024 Waktunya Tingkatkan Keselamatan

Loading

Oleh: Ruddad Ilaina Rohmah

AKHIR tahun 2024, industri penerbangan dikejutkan oleh serangkaian kecelakaan pesawat yang menyedihkan, dengan empat insiden besar terjadi dalam waktu satu minggu.

Kecelakaan-kecelakaan ini mengakibatkan banyak korban jiwa dan menimbulkan pertanyaan mendalam mengenai sejauh mana industri penerbangan modern dapat menjamin keselamatan penumpangnya. Meskipun teknologi penerbangan telah berkembang pesat, tragedi ini mengingatkan kita bahwa ancaman terhadap keselamatan tetap ada dan memerlukan perhatian serius.

Kecelakaan pertama terjadi pada 25 Desember 2024, ketika pesawat Azerbaijan Airlines jatuh dekat Aktau, Kazakhstan. Pesawat yang mengangkut 67 orang tersebut mengalami tabrakan dengan burung, yang menyebabkan kebakaran setelah jatuh, menewaskan 38 orang. Hanya beberapa hari kemudian, pada 29 Desember, tragedi lebih besar terjadi saat pesawat Jeju Air jatuh di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan.

Dari 181 penumpang dan awak di dalam pesawat, 179 orang kehilangan nyawa setelah pesawat terbakar saat mendarat. Kecelakaan ini mencatat salah satu angka kematian tertinggi dalam sejarah penerbangan Korea Selatan, mengingatkan kita pada tragedi Korean Air pada tahun 1997.

Tingkatkan Pengawasan Keselamatan

Penyebab dari kecelakaan ini bervariasi, mulai dari masalah teknis hingga kondisi cuaca yang buruk. Insiden Azerbaijan Airlines disebabkan oleh tabrakan dengan burung, sedangkan Jeju Air mengalami kerusakan mesin yang parah. Meskipun latar belakang keduanya berbeda, kedua kejadian ini menunjukkan pentingnya peningkatan pengawasan keselamatan, baik dari segi teknologi maupun pelatihan awak pesawat.

Salah satu faktor penting adalah kecelakaan yang disebabkan oleh kerusakan teknis atau gangguan mekanis. Seiring dengan kemajuan teknologi pesawat, industri penerbangan harus memastikan bahwa sistem deteksi dini untuk kerusakan mekanis terus diperbarui. Penggunaan teknologi seperti sensor berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi potensi masalah sebelum terjadi kerusakan parah bisa menjadi langkah maju untuk meminimalkan risiko.

Selain itu, pelatihan awak pesawat dalam menangani situasi darurat perlu diperkuat. Dalam kecelakaan Jeju Air, meskipun pesawat mengalami kerusakan mesin yang serius, latihan penanganan kebakaran dan evakuasi cepat dapat menjadi faktor penting dalam mengurangi jumlah korban jiwa.

Proses evaluasi keselamatan dan simulasi situasi darurat secara rutin harus dioptimalkan di seluruh maskapai penerbangan global.

Serangkaian kecelakaan yang terjadi berdekatan ini memberikan refleksi penting menjelang tahun 2025. Keselamatan penerbangan adalah tanggungjawab bersama antara maskapai penerbangan, regulator dan penumpang.

Maskapai penerbangan perlu terus berinvestasi dalam teknologi terbaru untuk meningkatkan keamanan, seperti sistem pencegahan tabrakan dan pemantauan kondisi cuaca secara real-time.

Sementara itu, regulator penerbangan di setiap negara harus memastikan bahwa standar keselamatan internasional selalu ditegakkan dan dievaluasi secara berkala.

Saatnya Perbaiki Sistem Keselamatan

Di sisi lain, masyarakat juga perlu lebih menyadari bahwa meskipun penerbangan merupakan salah satu moda transportasi paling aman, risiko tetap ada. Informasi mengenai keselamatan, seperti prosedur darurat atau mekanisme klaim asuransi, harus lebih digalakkan agar penumpang merasa lebih siap dan teredukasi.

Tahun 2024 seharusnya menjadi momentum penting bagi industri penerbangan untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem keselamatan. Insiden-insiden tragis ini harus mendorong perubahan nyata dalam prosedur keselamatan dan respons darurat.

Dengan dukungan terhadap riset keselamatan dan teknologi yang lebih canggih, kita dapat berharap tragedi serupa tidak akan terulang lagi. Mari kita gunakan pengalaman pahit ini sebagai pijakan untuk menciptakan sistem penerbangan yang lebih aman bagi generasi mendatang.

Keselamatan penumpang harus tetap menjadi prioritas utama, lebih dari sekadar slogan, tetapi sebagai komitmen nyata dari semua pihak yang terlibat dalam industri penerbangan. (Penulis adalah mahasiswa Universitas Islam Malang)

 

CATEGORIES
TAGS