Spekulasi
Oleh : Edi Siswoyo
HARI-HARI ini rakyat Indonesia sedang bersedih hati. Kebutuhan hidup sehari-hari (sembako) seperti beras, telur, tepung terigu, gula pasir, minyak goreng, cabe, bawang, tahu, tempe, dan sayuran harganya mulai merambat naik menyesuaikan diri dengan rencana kenaikan harga eceran premium dan solar Rp 1.500 per liter.
Rencana pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi mulai 1 April 2012 selaim mendatangkan kesedihan juga melahirkan kebingungan dalam kehidupan rakyat Indonesia. Aksi mahasiswa dan elemen masyarakat yang menolak kenaikan harga BBM dan upaya penimbunan BBM bersubsidi di berbagai daerah mendorong maraknya spekulasi di hari-hari mendatang.
Tidak hanya rakyat yang sedih dan bingung. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) juga ikut bingung dengan opsi kenaikan harga BBM bersubsidi Rp 1.500 dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2012 yang diajukan pemerintah. Soalnya, Undang-Undang (UU) APBN 2012 mengamanatkan tidak ada kenaikan harga BBM bersubsidi. Boleh jadi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga sedang bingung. Pekan lalu di rumahnya di Cikeas, Presiden SBY mengundang dan mengumpulkan sejumlah pimpinan partai politik (parpol) koalisi pendukung pemerintah.
Apa yang dilakukan Presiden SBY itu menambah kebingungan saya. Pertama urusan hajat hidup rakyat banyak dibahas di rumah. Kedua, yang diundang hanya parpol koalisi pendukung pemerintah. Ketiga –bisa jadi lupa– Presiden SBY sebagai presiden yang dipilih lebih dari 62 persen rakyat Indonesia melalui Pilpres 2009.
Dalam kebingungan saya menduga pertemuan di Cikeas itu sebagai upaya menggalang kekuatan untuk memuluskan jalan bagi niat pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi mulai 1 April mendatang melalui persetujuan Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) Perubahan 21012 oleh DPR. Soalnya, opsi kenaikkan harga BBM bersubsidi Rp 1.500 kini masih menjadi bahan silang pendapat antar fraksi-fraksi di DPR.
Jika dugaan saya itu benar, Pasal 7 ayat 6 UU APBN 2012 yang mengamanatkan tidak menaikkan harga BBM eceran bersubsidi jangan diabaikan tetapi direvisi dulu. Kita merasakan ada ketidaksabaran yang bersembunyi di bawah permukaan kehidupan kita bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Apa yang bakal muncul dan terjadi di hari-hari mendatang… kita tunggu saja! ***