Si Miskin Bantu Si Kaya
Oleh: Fauzi Azis

UNTUK kesekian kalinya kita dibuat kaget dengan berita yang paling gres. Indonesia ikut nyumbang IMF senilai US$1 miliar atau setara dengan Rp 9,4 triliun. Bantuan tersebut sebagai bukti adanya rasa kesetiakawan internasional atas musibah yang dihadapi oleh saudara tuanya di Eropa yang sedang dilanda krisis fiskal yang belum jelas kapan berakhir. Melarat banyak malingnya ikut bantu negara yang secara ekonomi jauh lebih kaya. Mereka yang petakilan dan boros sampai hutangnya bengkak sampai ratusan persen dari PDBnya kok Indonesia sok jagoan mau ikut menyelamatkan zona eropa yang nyaris bangkrut.
Huebat, saluuut… semoga amal baiknya mendapatkan balasan yang setimpal dari Tuhan YME. Inilah sekilas cerita sebuah tonil dengan tema cerita “Si Miskin Membantu Si Kaya”. Pertunjukan tonil tersebut digelar di tempat yang sangat bergengsi, yakni di forum G20.
Tempat ini sangat menarik karena segala persoalan yang dihadapi oleh negara-negara besar dibahas setiap tahun agar keterpurukan ekonomi bisa dihindari dan semua pihak yang terlibat bisa saling membantu satu sama lain.
Nek wong cilik yang hutang tidak akan dibahas di G20. Tapi kalau para gajah abuh yang berhutang dan hutangnya nyaris membuat roboh negaranya, semua diminta saweran untuk membantu menyelamatkan dan IMF bertindak sebagai debt collector. Kasihan benar si IMF, sudah di dalamnya terdiri dari banyak ahli ekonomi kaliber dunia, ujungnya hanya bisa menjadi debt collector.
Kita tidak tahu dengan bantuan US$1 milar, kira-kira kita akan diberi imbalan apa oleh mereka. Kalau dapat investasi US$100 miliar di bidang infrastruktur, bolehlah. Kita sebagai rakyat rela. Tapi kalau mereka hanya membawa kapal keruk dan akan menguras harta karun milik kita, nanti dulu donk coy.
Adalah sangat bijaksana kalau pemerintah menjelaskan secara gamblang kenapa Indonesia ikut bantu IMF sebesar itu. Manfaat konkretnya apa bagi kepentingan nasional. Apa kita akan mendapat hibah atau jaminan pasar produk-produk ekspor non migas Indonesia atau manfaat yang lainnya. Jangan-jangan hanya tawaran hutang agar Indonesia dapat membangun ekonominya.
Please!!!…jelaskan yang terang benderang agar rakyat tidak curiga dan tak ada dusta di antara kita. Korupsi ditutup-tutupi. Hasil-hasil upaya diplomasi di forum-forum internasional hanya segelintir orang yang tahu. Sepertinya rakyat biasa tidak perlu banyak tahu.
Cah cilik ora susah melu-melu urusane wong tuo, mundag gawe gaduh. Yang kita tahu kata kepala BKF Kemenkeu, dana sebesar US$1 miliar tersebut tidak diambil dari APBN, tetapi diambil dari dana cadangan devisa, yang saat ini berjumlah sekitar US$ 111 miliar.
Memang tidak membebani APBN, tapi saweran tersebut apakah bersifat wajib atau sukarela. Artinya kalau dana tersebut merupakan bagian yang harus dibayar sebagai kewajiban anggota IMF atau lembaga internasional yang lain, biasanya dianggarkan dalam APBN dan tidak mengambil dana dari cadangan devisa.
Namun lepas dari itu, yang pasti dana sebesar ekuvalen Rp 9,4 triliun, adalah sangat besar tatkala kebutuhan pembiayaan di dalam negeri untuk keperluan pembangunan, terbatas jumlahnya. Andaikata dana tersebut disalurkan sebagai dana stimulus untuk mendukung pembiayaan wirausahawan muda di bidang industri kreatif, berapa banyak yang dapat terbiayai kebutuhan investasi dan modal kerjanya yang selama ini perbankan belum banyak yang memberikan dukungan pembiayaannya.
Tidak heran kalau sebagian dari masyarakat banyak, kurang setuju karena masyarakat berfikir sederhana saja, tanpa pamrih apapun. Kesederhanaannya tersebut kira-kira duit mung-mungan mestinya digunakan lebih dulu untuk membiayai keperluan yang mendesak di dalam negeri daripada lebih mementingkan bantuan kepada pihak lain yang sesungguhnya potensi untuk dapat menggali dana yang lebih besar dari sumber lain masih terbuka.
Ada apa kira-kira? Ini pertanyaan dari rakyat dengan penuh curiga. Jangan-jangan ada janji terkait dengan tahun 2014 terkait dengan pilpres. Ada deal konsensi politik dan ekonomi yang bisa dimainkan. Wallahualam bisawab dan hanya rumput bergoyang yang tahu.
Semoga semuanya sah dan baik-baik serta aman-aman saja. Yang pasti, kita sudah bisa membantu negara kaya yang lagi susah, meskipun kita sendiri juga lagi susah. Hutang negeri ini telah mencapai Rp 1.900 triliun, korupsinya merajalela sementara hukumnya morat marit. Lebih baik kita benahi masalah tersebut daripada ikut mikirin rumah tangga orang lain. Setuju tidak….? ***