Setiap Tahun RI Impor 200 Tenaga Ahli Industri TPT

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

PENJELASAN – Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) Dr Noer Kamal (dua dari kiri) didampingi beberapa staf saat memberi penjelasan (tubasmedia.com/sabar hutasoit)

BANDUNG, (TubasMedia.Com) – Keberadaan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) bagi pelaku industri tekstil nasional sangat punya arti. Pasalnya, STTT inilah satu-satunya sekolah yang mampu menyediakan tenaga terampil di bidang industri tekstil, kendati jumlah sarjana yang ditelorkan masih jauh dari jumlah yang dibutuhkan.

Sementara itu, pengelola STTT milik Kementerian Perindustrian ini berniat untuk terus mengembangkan STTT guna memenuhi permintaan dunia industri akan tenaga terampil siap pakai.

Demikian kesimpulan perbincangan Tubas dengan Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajad dan Ketua STTT Dr Noer Kemal yang ditemui secara terpisah pekan silam. ‘’Kami setiap tahun terpaksa mengimpor tenaga terampil karena Indonesia belum mampu menyediakannya. Dan kenapa kami mengkaryakan orang-orang asing seperti India misalnya, karena Indonesia belum mampu menyediakan tenaga yang dibutuhkan pelaku industri tekstil,’’ kata Ade saat ditemui di Jakarta.

Dia menjelaskan pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional setiap tahun butuh paling tidak 500 tenaga terampil siap pakai, sementara perguruan tinggi milik Kementerain Perindustrian ini hanya mampu menelorkan 200 sampai 300 sarjana siap pakai.

Untuk mengisi kekurangan ini kata Ade, para pelaku industri TPT terpaksa mengimpor tenaga tersebut paling tidak 200 orang setiap tahun./ ‘’Maka itu bagi kami, sekolah sejenis STTT Bandung sudah harus diperbanyak pemerintah dan untung STTT masih ada. Kalau tidak, sepenuhnya tenaga kita impor,’’ katanya.

Ketua STTT, Noer menyatakan benar apa yang diungkapkan Ade. ‘’Kami memang sedang siap-siap mengembangkan sayap agar tenaga terampil siap pakai yang kami telorkan bisa memenuhi kebutuhan nasional,’’ kata Noer yang saat ditemui Tubas di kantornya di Bandung didampingi Pembantu Ketua (PK1) Agus Suprapto, PK2 Sri Iriani, PK3 Wawan Sudrajat dan Kasubag Promosi, Hendra.

Diakui oleh Noer bahwa animo anak-anak lulusan SLTA untuk masuk STTT cukup tinggi.. Namun keinginan anak-anak lulusan SLTA untuk meneruskan pendidikan di STTT tidak dapat terpenuhi disebabkabn daya tampung sekolah yang dipimpinnya sangat terbatas, baik sarana gedung maupun peralatan yang dibutuhkan sebagai alat-alat praktik.

Setiap Tahun Ajaran (TA), katanya jumlah anak sekolah yang mendaftar ke STTT selalu di atas seribu orang. Namun yang bisa diterima hanya 300 orang sesuai kapasitas gedung dan alat-alat praktek yang tersedia.

Diperluas

Karena itu direncanakan sekolahan yang terletak di Jalan Jakarta, Bandung itu akan diperluas dengan menambah ruangan menjadi empat lantai. Selain itu direncanakan pula menambah sarana lain seperti peralatan praktik. ‘’Kami ingin menambah sarana prasarana pendidikan berbasis kompetensi, bukan sekedar teori tapi juga praktek dan workshop,’’ lanjut Noer.

Penambahan sarana prasarana STTT menurut Noer, selain agar mampu menampung siswa yang mendaftar, sekaligus diharapkan bisa memenuhi kebutuhan nasional dan sekaligus juga bisa menutup keran impor tenaga ahli dari Jepang, China dan India.

Ditambahkan oleh Hendra bahwa seratus persen sarjana lulusan STTT, langsung bekerja dan tidak sempat menganggur. Bahkan masih dalam pendidikan, mereka sudah dibooking para pemilik industry TPT.

‘’Jadi sebenarnya jika ingin kuliah supaya mendapat pekerjaan, di sinilah tempatnya sebab seluruh mahasiswa STTT jauh-jauh hari sebelum menyelesaikan studynya, sudah dibooking pengusaha,’’ katanya.

Di bagian lain keterangannya dikatakan, API Jawa Timur sudah menjalin usaha kerjasama dengan STTT Bandung untuk pendidikan D-1. Saking pentingnya tenaga terampil untuk wilayah Jawa Timur, pendidikan dilakukan di Surabaya dan seluruh biaya pendidikan didanai oleh API Jawa Timur. ‘’Istilahnya jemput bola dan bagi siswa, hal ini sangat menguntungkan karena setelah setahun belajar, langsung bekerja dengan penghasilan yang lumayan pula,’’ kata Hendra menambahkan Jawa Timur setiap tahun butuh 150 sarjana tekstil khusus pemintalan. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS