Rizal Ramli Kritik Rini Soemarno

Loading

uploads--1--2013--02--63216

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Publik media sosial ketawa mengetahui Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli yang baru mengkritik Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno terkait rencana pembelian pesawat Airbus A350 oleh Garuda Indonesia. Fenomena baru menteri mengkritik menteri di depan publik.

Menyuarakan komentar via me­dia sosial, warga pemilik akun Twitter dan Facebook menanggapi Friksi antara Menteri Rizal dan Menteri Rini. Disarankan, Menteri Rizal tidak bentrok dengan rekan sejawat yang sudah lebih lama menjabat.

Akun @m.kundoyo ketawa ngakak mengetahui Menteri Rizal dan Menteri Rini nggak akur me­nyikapi rencana Garuda Indonesia membeli pesawat Airbus A350. Menurutnya, tidak elok Menteri baru berseberangan dengan menteri yang sudah lama menjabat. “Hey, pagi-pagi sudah berantem. Ingat kerja-kerja-kerja, haha,” kicaunya.

Akun @harrysaputra mengang­gap, aksi Menteri Rizal yang men­gurusi bidang Kemaritiman mengo­mentari rencana pembelian pesawat Airbus oleh Garuda Indonesia, tidak pas. Soalnya, hal itu menjadi domain Menteri Rini.

“Inilah repotnya kalau pengamat yang suka nyalahin orang dipilih jadi menteri. Kerjaan yang bukan bidan­gnya pun dikomentari,” katanya.

Akun @batara mengibaratkan, langkah Menteri Rizal mengomentari urusan rumah tangga BUMNber­lebihan, seperti pahlawan kesiangan. Seharusnya, kata dia, Menteri Rizal tidak mengurusi persoalan yang bukan bidang tugasnya. “Kalau punya solusi sampaikan ke Presiden. Nggak perlu pencitraan ke publik,” kritiknya.

Akun @yoyyo berpandangan, Menteri Rizal anggota kabinet yang sudah terkena candu kritik, dan sudah phobia kalau tidak kritik dia merasa tidak berguna. “Orang yang demikian itu biasanya tong kosong nyaring bunyinya,” ketusnya.

Akun @daniharry menilai, tin­dakan bekas Kepala Badan Urusan Logistik (Kabulog) mengomentari pemberian Airbus tidak nyambung dan berlebihan. “Tedjo satu menghi­lang kok muncul Tedjo lain. Gimana sih pak Presiden, hehe,” guraunya.

Akun @saifudin menengarai, ada orang kuat yang melindungi Menteri Rizal ketika bicara mengkritik ren­cana Garuda Indonesia membeli pesawat Airbus berbadan lebar. “Jkw pakai tangan Rizal untuk mengawasi Menteri Rini,” klaimnya.

Akun @mangkubumi menyatakan, tak keberatan dengan strategi komu­nikasi Menteri Rizal yang berseberan­gan sama Menteri Rini. Menurutnya, pendapat Rizal terkait pembelian pesawat Airbus oleh Garuda Indonesia beralasan. “Nggak masalah. Kadang dibutuhkan cara yag menyengat agar semua tersentak dan menyadari ada suatu yang tak benar. Hal ini sekarang pasti jadi kajian serius pemerintah,” komennya.

Akun @ijo bilang, manuver Menteri Rizal yang membuat Menteri Rini ng­gak senang, sebaiknya dipertahankan. Kata dia, sesama anggota kabinet harus saling memberi masukan.

“Tidak apa itu normal, apalagi masih baru. Asal tidak berlarut itulah demokrasi,” cuitnya.

Akun @arissuwandi mengatakan, aksi saling kritik antar Menteri di pemer­intah perlu dilakukan. Agar persaingan memperebutkan kepercayaan Presiden lebih seru dan menegangkan. “Gapapa biar saling koreksi. Kalo adem ayem potensi cheating,” katanya.

Akun @pontas memandang positif pernyataan Menteri Rizal. Menurutnya, pernyataan itu membuat publik tahu soal duduk masalah pembelian Airbus oleh BUMN. “Bagus hal hal seperti itu juga dike­tahui oleh publik, hal ini penting un­tuk mengetahui reaksi masyarakat, karena itukan semua uang rakyat juga akhirnya,” ujarnya.

Akun @Leo mempertanyakan pembelian Airbus A350 sebagai kebutuhan atau sekadar buat gagah-gagahan saja. Ditegaskannya, perlu pengkajian terkait rencana bisnis Garuda Indonesia itu. “Beli pesawat yang jelas jumbo raksasa untuk pen­erbangan domestik apakah perlu?” tanyanya.

Akun @Iqbal berharap, BUMN penerbangan tidak keranjingan mem­beli pesawat buatan luar negeri di masa depan. Disarankan, BUMN membeli pesawat buatan dalam negeri yang sedang dikembangkan PT Dirgantara Indonesia. “Semoga para elite politik bisa membangkitkan lagi kedaulatan Industri Pesawat terbang nusantara un­tuk memperkuat pembuatan pesawat komersil,” imbaunya.

Menteri BUMN Rini Soemarno mengisyaratkan tidak boleh ada pihak yang mencampuri urusan bisnis PT Garuda Indonesia Tbk, selain Menko Perekonomian, dengan posisi bahwa Kementerian Keuangan bertindak se­laku pemegang saham perusahaan mi­lik negara, dan Kementerian BUMNsebagai kuasa pemegang saham.

“BUMN itu (Garuda) jelas di bawah Kemenko Perekonomian, bukan di bawah Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Jadi, jangan ada yang mencampuri Garuda di luar Kemenko Perekonomian,” kata Rini.

Menurut Rini, saat ini Garuda sedang mengembangkan usaha se­hingga penanganan harus dilakukan secara menyeluruh.

Hal itu diungkapkan Rini untuk menanggapi pernyataan Menko Kemaritiman Rizal Ramli yang men­desak agar Garuda Indonesia mem­batalkan penambahan pesawat. Dia mengaku telah menggagas pembata­lan rencana pembelian pesawat Airbus A350 oleh Garuda Indonesia.

“Minggu lalu, saya ketemu Presiden Jokowi. Saya bilang, Mas, saya minta tolong layanan diperhatikan. Saya tidak ingin Garuda bangkrut lagi karena sebulan yang lalu beli pesawat dengan pinjaman 44,5 miliar dolar AS dari China Aviation Bank untuk beli pesa­wat Airbus A350 sebanyak 30 unit. Itu hanya cocok untuk Jakarta-Amerika dan Jakarta-Eropa,” ujar Rizal.

Menurut dia, rute internasional yang akan diterbangi oleh Garuda Indonesia tidak menguntungkan. Pasalnya, saat ini, maskapai di kawasan ASEAN yang memiliki rute internasional ke Amerika Serikat dan Eropa, yaitu Singapore Airlines, punya kinerja keuangan yang kurang baik.

Rizal beralasan tidak ingin Garuda bangkrut lagi karena membeli pesa­wat itu dengan menggunakan pinja­man luar negeri senilai 44,5 miliar dolar AS, sementara Airbus A350 hanya cocok untuk penerbangan ke Amerika dan Eropa.

Ia membuktikan pengalaman Garuda yang menerbangi rute inter­nasional Jakarta-London hanya den­gan tingkat isian 30 persen sehingga memicu kerugian berkepanjangan.

Rini mengaku belum mendengar secara langsung pernyataan Menko Kemaritiman Rizal itu.

“Apa dasarnya (Rizal Ramli) bicara seperti itu? Apa dasarnya cancellation (pembatalan) itu? Saya rasa, janganlah bicara tanpa dasar. Segala sesuatunya, bicara, itu harus dengan dasar atau jangan sembaran­gan,” kata Rini. (ril/sabar)

CATEGORIES
TAGS