Rizal Ramli Kritik Rini Soemarno
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Publik media sosial ketawa mengetahui Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli yang baru mengkritik Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno terkait rencana pembelian pesawat Airbus A350 oleh Garuda Indonesia. Fenomena baru menteri mengkritik menteri di depan publik.
Menyuarakan komentar via media sosial, warga pemilik akun Twitter dan Facebook menanggapi Friksi antara Menteri Rizal dan Menteri Rini. Disarankan, Menteri Rizal tidak bentrok dengan rekan sejawat yang sudah lebih lama menjabat.
Akun @m.kundoyo ketawa ngakak mengetahui Menteri Rizal dan Menteri Rini nggak akur menyikapi rencana Garuda Indonesia membeli pesawat Airbus A350. Menurutnya, tidak elok Menteri baru berseberangan dengan menteri yang sudah lama menjabat. “Hey, pagi-pagi sudah berantem. Ingat kerja-kerja-kerja, haha,” kicaunya.
Akun @harrysaputra menganggap, aksi Menteri Rizal yang mengurusi bidang Kemaritiman mengomentari rencana pembelian pesawat Airbus oleh Garuda Indonesia, tidak pas. Soalnya, hal itu menjadi domain Menteri Rini.
“Inilah repotnya kalau pengamat yang suka nyalahin orang dipilih jadi menteri. Kerjaan yang bukan bidangnya pun dikomentari,” katanya.
Akun @batara mengibaratkan, langkah Menteri Rizal mengomentari urusan rumah tangga BUMNberlebihan, seperti pahlawan kesiangan. Seharusnya, kata dia, Menteri Rizal tidak mengurusi persoalan yang bukan bidang tugasnya. “Kalau punya solusi sampaikan ke Presiden. Nggak perlu pencitraan ke publik,” kritiknya.
Akun @yoyyo berpandangan, Menteri Rizal anggota kabinet yang sudah terkena candu kritik, dan sudah phobia kalau tidak kritik dia merasa tidak berguna. “Orang yang demikian itu biasanya tong kosong nyaring bunyinya,” ketusnya.
Akun @daniharry menilai, tindakan bekas Kepala Badan Urusan Logistik (Kabulog) mengomentari pemberian Airbus tidak nyambung dan berlebihan. “Tedjo satu menghilang kok muncul Tedjo lain. Gimana sih pak Presiden, hehe,” guraunya.
Akun @saifudin menengarai, ada orang kuat yang melindungi Menteri Rizal ketika bicara mengkritik rencana Garuda Indonesia membeli pesawat Airbus berbadan lebar. “Jkw pakai tangan Rizal untuk mengawasi Menteri Rini,” klaimnya.
Akun @mangkubumi menyatakan, tak keberatan dengan strategi komunikasi Menteri Rizal yang berseberangan sama Menteri Rini. Menurutnya, pendapat Rizal terkait pembelian pesawat Airbus oleh Garuda Indonesia beralasan. “Nggak masalah. Kadang dibutuhkan cara yag menyengat agar semua tersentak dan menyadari ada suatu yang tak benar. Hal ini sekarang pasti jadi kajian serius pemerintah,” komennya.
Akun @ijo bilang, manuver Menteri Rizal yang membuat Menteri Rini nggak senang, sebaiknya dipertahankan. Kata dia, sesama anggota kabinet harus saling memberi masukan.
“Tidak apa itu normal, apalagi masih baru. Asal tidak berlarut itulah demokrasi,” cuitnya.
Akun @arissuwandi mengatakan, aksi saling kritik antar Menteri di pemerintah perlu dilakukan. Agar persaingan memperebutkan kepercayaan Presiden lebih seru dan menegangkan. “Gapapa biar saling koreksi. Kalo adem ayem potensi cheating,” katanya.
Akun @pontas memandang positif pernyataan Menteri Rizal. Menurutnya, pernyataan itu membuat publik tahu soal duduk masalah pembelian Airbus oleh BUMN. “Bagus hal hal seperti itu juga diketahui oleh publik, hal ini penting untuk mengetahui reaksi masyarakat, karena itukan semua uang rakyat juga akhirnya,” ujarnya.
Akun @Leo mempertanyakan pembelian Airbus A350 sebagai kebutuhan atau sekadar buat gagah-gagahan saja. Ditegaskannya, perlu pengkajian terkait rencana bisnis Garuda Indonesia itu. “Beli pesawat yang jelas jumbo raksasa untuk penerbangan domestik apakah perlu?” tanyanya.
Akun @Iqbal berharap, BUMN penerbangan tidak keranjingan membeli pesawat buatan luar negeri di masa depan. Disarankan, BUMN membeli pesawat buatan dalam negeri yang sedang dikembangkan PT Dirgantara Indonesia. “Semoga para elite politik bisa membangkitkan lagi kedaulatan Industri Pesawat terbang nusantara untuk memperkuat pembuatan pesawat komersil,” imbaunya.
Menteri BUMN Rini Soemarno mengisyaratkan tidak boleh ada pihak yang mencampuri urusan bisnis PT Garuda Indonesia Tbk, selain Menko Perekonomian, dengan posisi bahwa Kementerian Keuangan bertindak selaku pemegang saham perusahaan milik negara, dan Kementerian BUMNsebagai kuasa pemegang saham.
“BUMN itu (Garuda) jelas di bawah Kemenko Perekonomian, bukan di bawah Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Jadi, jangan ada yang mencampuri Garuda di luar Kemenko Perekonomian,” kata Rini.
Menurut Rini, saat ini Garuda sedang mengembangkan usaha sehingga penanganan harus dilakukan secara menyeluruh.
Hal itu diungkapkan Rini untuk menanggapi pernyataan Menko Kemaritiman Rizal Ramli yang mendesak agar Garuda Indonesia membatalkan penambahan pesawat. Dia mengaku telah menggagas pembatalan rencana pembelian pesawat Airbus A350 oleh Garuda Indonesia.
“Minggu lalu, saya ketemu Presiden Jokowi. Saya bilang, Mas, saya minta tolong layanan diperhatikan. Saya tidak ingin Garuda bangkrut lagi karena sebulan yang lalu beli pesawat dengan pinjaman 44,5 miliar dolar AS dari China Aviation Bank untuk beli pesawat Airbus A350 sebanyak 30 unit. Itu hanya cocok untuk Jakarta-Amerika dan Jakarta-Eropa,” ujar Rizal.
Menurut dia, rute internasional yang akan diterbangi oleh Garuda Indonesia tidak menguntungkan. Pasalnya, saat ini, maskapai di kawasan ASEAN yang memiliki rute internasional ke Amerika Serikat dan Eropa, yaitu Singapore Airlines, punya kinerja keuangan yang kurang baik.
Rizal beralasan tidak ingin Garuda bangkrut lagi karena membeli pesawat itu dengan menggunakan pinjaman luar negeri senilai 44,5 miliar dolar AS, sementara Airbus A350 hanya cocok untuk penerbangan ke Amerika dan Eropa.
Ia membuktikan pengalaman Garuda yang menerbangi rute internasional Jakarta-London hanya dengan tingkat isian 30 persen sehingga memicu kerugian berkepanjangan.
Rini mengaku belum mendengar secara langsung pernyataan Menko Kemaritiman Rizal itu.
“Apa dasarnya (Rizal Ramli) bicara seperti itu? Apa dasarnya cancellation (pembatalan) itu? Saya rasa, janganlah bicara tanpa dasar. Segala sesuatunya, bicara, itu harus dengan dasar atau jangan sembarangan,” kata Rini. (ril/sabar)