Ratusan Usaha Rotan Tergencet Harga Bahan Baku
Laporan: Redaksi
JEPARA, (Tubas) – Nasib dari ratusan unit usaha industri rotan dengan ribuan tenaga kerja di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah kini ibarat jamur di atas kerakap, hidup segan mati enggan. Itu gara-gara harga bahan baku/rotan yang terus melambung dari waktu ke waktu.
Di Kabupaten Jepara industri kerajinan rotan sudah berkembang puluhan tahun. Berlokasi di dua sentra, Desa Sidigede dan Desa Teluk Wetan, Kecamatan Welahan. Menurut Jamil Soufkal (50), warga setempat, sejak dua tahun ini keadaan dan perkembangan industri rotan (berbagai jenis produk) di daerahnya, sangat menyedihkan bahkan mengkhawatirkan.
Para pengrajin tergencet oleh mahalnya bahan baku/rotan. Dalam tempo setahun harga terus melambung. Dari semula Rp 15.000/Kg dan hampir tiap bulan naik, sekarang mencapai Rp 23.000/Kg. ‘’Itupun terkadang sulit memilih rotan kualitas baik yang dinamai Rotan Grei”, tambah Jamil.
Kenaikan harga bahan baku, tak bisa diimbangi dengan menaikkan harga produk. Sejumlah perusahaan di Semarang penampung produk kerajinan rotan dari dua desa itu, telah mematok harga. Ketika harga bahan baku/rotan naik, perusahaan-perusahaan itu enggan menaikkan harga beli pada para pengrajin.
Para pengusaha kecil/pengrajin, bagai digencet dari dua arah. Satu sisi dari harga rotan terus merangkak naik. Disisi lain dari para pengusaha penampung produk yang emoh menaikkan harga beli pada pengrajin. Dulu keuntungan bersih 10% kini tinggal 5%. Apa oleh buat kita coba tetap bertahan, ujar Dahlan, pengusaha rotan dengan 20 tenaga kerja.
Data Dinas Perindustrian/Perdagangan Jepara menyebutkan, jumlah usaha (di dua desa) industri/ pengrajin rotan, 461 unit. Jumlah pengrajin rotan,hampir 2.800 orang. Nilai produksi tahun 2010, Rp 4.194.716.000 (tahun 2009, Rp 141.378.000). Bersamaan itu para pengrajin juga gelisah, jika kran ekspor rotan terus dibuka pemerintah, mempercpat kematian mereka. (amary)