Presiden Diduga Miliki Kepribadian Ganda, Melecehkan Perjuangan Rakyat
Oleh: Petrus Selestinus
PERNYATAAN Presiden Jokowi soal pengalaman mendiami Istana Merdeka dan Istana Bogor, selama 10 tahun memimpin Indonesia, setiap hari merasakan suasana kolonial, sebagai pernyataan yang aneh dan melecehkan sejarah perjuangan rakyat merebut kemerdekaan dan menunjukkan sikap Jokowi anti terhadap sejarah bangsa Indonesia.
Pernyataan Presiden Jokowi ini, tidak pantas dipublish, karena soal Istana Merdeka dan Istana Bogor terasa kolonial itu, jelas sebagai dusta seorang Presiden Jokowi terhadap publik karena selama 10 tahun Jokowi nampak menikmati Istana Negara atau bisa saja Jokowi sekeluarga berwatak kolonial sehingga setiap hari menciptakan suasana di Istana terasa kolonial selama 10 tahun jadi Presiden.
Mengapa dusta Presiden Jokowi, karena Presiden-Presiden sebelumnya tidak pernah menyatakan dan merasakan bahwa Istana Merdeka dan Istana Bogor terasa kolonial, karena memang Presiden-Presiden RI sebelumnya berwatak nasionalis dan sangat negarawan, yang hal itu tidak dimiliki oleh Jokowi.
Kalau saja benar perasaan Jokowi bahwa selama 10 tahun menghuni Istana Merdeka dan Bogor bersama keluarganya, suasana terasa kolonial, maka timbul pertanyaan ko Jokowi dan keluarganya betah mendiami hingga 10 tahun.
Padahal sebagai Presiden RI Jokowi bisa saja minta negara menyediakan tempat lain yang lebih membawa suasana dan perasaan yang nasionalis dan nyaman bagi Jokowi dan Keluarganya.
Perilaku Seseorang
Banyak pihak bertanya-tanya bagaimana Presiden Jokowi dan keluarganya bisa bertahan dan merasakan suasana kolonial selama 10 tahun jadi penghuni Istana Negara, padahal kolonial itu tidak terletak pada fisik bangunan Istana, melainkan terletak pada karakter atau perilaku seseorang.
Harus diingat soal kolonial itu bukan terletak pada bangunan fisik Istana Merdeka atau Istana Bogor, melainkan soal karakter atau watak seseorang atau sekeluarga yang menghuni Istana itu. Kalau watak si penghuni Istana Negara itu kolonial atau feodal maka suasana yang dia rasakan adalah suasana kolonial yang lahir dari perilaku penghuninya.
Di sinilah sebenarnya yang kolonial atau feodal itu watak Presiden Jokowi, watak pendendam dengan mengabaikan etika, Jokowi tidak memiliki kepekaan terhadap sejarah bangsa ini Indonesia, terlebih-lebih perasaannya itu dilontarkan menjelang perayaan 17 Agustus di IKN Kalimantan Timur.
Kontroversi yang muncul tak berkesudahan dari waktu ke waktu hingga saat ini, membuat Presiden Jokowi semakin mengalami devisit nasionalisme dalam dirinya.
Akibatnya Jokowi nampak seperti orang sedang mengidap kepribadian ganda, sehingga kehilangan konsistensi dalam sikap dan perilakunya, termasuk setelah 10 tahun menikmati kemewahan dan kemegahan Istana Negara, lalu kemudian melecehkan dengan mendewa-dewakan IKN.
Pro Kontra
Pernyataan Jokowi soal Istana Negara terasa kolonial, diduga sebagai upaya yang sangat terpaksa untuk merasionalkan pembangunan IKN yang super kontroversi dan super priority tetapi masih menuai pro-kontra yang tidak berkesudahan, termasuk upaya merasionalkan pemaksaan penyelenggaraan perayaan 17 Aguatus 2024 di IKN yang dikritik publik.
Perasaan Jokowi bahwa Istana Merdeka dan Istana Bogor yang dihuninya itu terasa kolonial karena dibangun oleh Belanda di era kolonial, jelas sebagai alasan pembenaran atas upaya membangun IKN yang mendapat resistensi publik.
Dengan demikian maka bisa saja di masa yang akan datang jika Istana IKN selesai dibangun, nanti ada Presiden yang setelah menghuni 5 atau 10 tahun, menjelang lengser akan menyatakan suasana Istana IKN terasa Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), karena saat membangun IKN terjadi KKN merajalela selama 10 tahun Presiden Jokowi memerintah. (Penulis adalah Koordinator TPDI & Advokat Perekat Nusantara).