Pertemuan Puan dan AHY, Reuni Sesama Anak Mantan Presiden, tak Berguna untuk Rakyat

Loading

Pertemuan Puan-AHY tidak jauh hanya sekadar reuni dua anak mantan presiden

Oleh: Sutrisno Pangaribuan

 

KETUA DPP PDIP Bidang Politik Puan Maharani (Puan) menyebutkan ada 10 nama yang masuk dalam radar bakal calon wakil presiden (cawapres) pendamping Ganjar Pranowo. Dari 10 nama itu, salah satunya adalah Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Merespons masuknya nama AHY dalam radar PDIP sebagai cawapres, Deputi Balitbang PD Syahrial Nasution menegaskan kalau partainya masih setia mendukung Anies Rasyid Johannes Baswedan di Pilpres 2024.

Namun Syahrial menyebut pernyataan Puan itu sebagai kejutan dan kabar baik. Pasalnya pernyataan Puan diyakini telah melewati penggodokan dan pertimbangan yang matang sebelum disampaikan PDIP ke publik.

Beberapa saat setelah pernyataan Puan, Puan dan AHY bertemu sambil makan bubur ayam di Pelataran Hutan Kota Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Minggu (18/6/2023). Dalam pertemuan itu, Puan mengenakan pakaian hitam sedangkan AHY mengenakan pakaian biru gelap.

Dalam pertemuan itu terungkap ucapan Puan yang menyebut PDIP berencana membangun komunikasi yang lebih intens dengan para elite politik disebabkan ada keinginan bersama untuk membangun bangsa dan negara.

Puan berharap Pemilu 2024 adalah pemilu damai, pemilu yang gembira, pemilu yang bisa membuktikan bahwa pesta demokrasi adalah pestanya seluruh rakyat Indonesia. Puan juga mengaku bahwa AHY menginginkan hubungan PD dan PDIP lebih harmonis. Keduanya sepakat memulai hubungan kakak- adik dan akan bertemu kembali.

AHY juga mengaku, pertemuan tersebut merupakan salah satu bentuk agenda politik untuk membahas isu kenegaraan dan dinamika politik bersama PDIP. Pertemuan itu bukan hanya sekadar gimmick politik, tetapi sesuatu yang penting dan substansial. AHY menyebut PD dan PDIP memiliki jejak riwayat yang sama dalam kancah perpolitikan Indonesia. Salah satunya, mereka sama-sama pernah menjadi ruling party atau partai penguasa dan juga sebagai partai oposisi.

Meski diakui sebagai pertemuan politik plus makan bubur ayam, sesungguhnya dalam pertemuan dua anak mantan presiden itu sama sekali tidak ada hal baru, maupun hal strategis yang dibahas keduanya. Komitmen untuk menjadikan Pemilu damai dan menggembirakan bukan hal baru malah merupakan kewajiban dari semua peserta Pemilu.

Namun  pertemuan perlu dicatat, bahwa dua hari sebelumnya, Jumat (16/6/2023), PD kubu AHY meluncurkan aksi “Demokrat Berdarah” di Kantor DPP PD, Jakarta. Aksi pembubuhan cap jempol darah dan tanda tangan pada kain putih oleh pengurus, kader dan simpatisan PD tersebut, sebagai deklarasi kesetiaan kepada AHY melawan upaya hukum PK Moeldoko di Mahkamah Agung.

Omong Kosong

Kongres Rakyat Nasional (Kornas) sebagai wadah berhimpun dan berjuang rakyat dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia menyampaikan pandangan dan sikap sebagai berikut:

Pertama, pertemuan Puan dan AHY adalah pertemuan biasa, dengan arah dan tujuan yang tidak jelas. Namun, kubu AHY justru mendapatkan keuntungan besar di tengah kegalauan akibat PK Moeldoko di MA.

Kedua, Puan berhasil memancing AHY yang hingga saat ini tidak mendapat kepastian dari Anies. Ancaman evaluasi dukungan dari kubu AHY terhadap Anies jika bacawapres tidak ditetapkan hingga akhir Juni 2023 sebagai isyarat bahwa KPP saat ini terancam bubar. Maka jika akhirnya KPP bubar, itu bukan karena pengaruh pihak luar, namun bersumber dari rapuhnya ikatan piagam deklarasi KPP sendiri.

Ketiga, pertemuan putri dan putra mahkota pemilik partai tersebut sama sekali tidak menyentuh materi kebutuhan dan kepentingan bangsa dan negara dan sama sekali tidak bermafaat kepada kepentingan rakyat banyak selain hanya ingin mendamaikan orang tua mereka berdua yang sempat bertikai.

Puan dan AHY hanya sedang beromantika  dan reuni sesama putri dan putra dari orangtua yang mereka yang pernah jadi Presiden RI. Jika kemudian ada kesepakatan kerjasama politik diantara kedua partai, pasti hanya terkait kepentingan kekuasaan kedua keluarga besar mereka, bukan kepentingan rakyat keseluruhan.

Keempat, klaim atas pentingnya pertemuan Puan dan AHY sehingga  ditunggu oleh banyak pihak tidak terbukti dan hanya omong kosong. Publik tidak peduli dengan pertemuan tersebut karena tidak mendapat asupan informasi penting dan tak bermanfaat.

Pertemuan yang disertai oleh petinggi kedua partai tidak lebih dari reuni antara kakak dan adik kelas. Publik justru menilai bahwa pertemuan Puan dan AHY sebagai bukti bahwa semua Parpol lebih mengutamakan kepentingan pragmatis dan oportunis.

Pengakuan AHY terkait adanya pertikaian politik PDIP dan PD selama dua dekade semakin memperkuat keyakinan publik bahwa pertemuan tersebut hanya untuk kepentingan politik keluarga besar Megawati dan SBY.

Kelima, pertemuan lanjutan antara Puan dan AHY diharapkan akan membahas masalah penting seperti pemberantasan politik uang dan politisasi identitas berbasis SARA, serta eksploitasi ikatan- ikatan primordial dalam Pemilu 2024.

Kornas akan terus berjuang dan bergerak untuk kemajuan peradaban politik bangsa Indonesia. Peran dan partisipasi rakyat harus semakin ditingkatkan. Parpol sebagai lembaga milik publik harus terus diingatkan bahwa kekuasaan tertinggi dalam demokrasi ada di tangan rakyat. Maka kekuasaan eksklusif dan perasaan milik pribadi dan keluarga dalam Parpol harus dihentikan. (Penulis adalah Presidium Kongres Rakyat Nasional – Kornas, tinggal di Jakarta)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS