Pemimpin Jangan Hanya Pintar Bersilat Lidah

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

JANGAN panik dan tidak perlu cemas. Kalimat ini sering kita dengar keluar dari ucapan para penggede di negeri ini. Maksudnya sangat baik dan mulia sebagai ajakan kepada masyarakat ketika menghadapi berbagai peristiwa agar bersikap tenang. Apakah peristiwa politik, ekonomi, sosial keagamaaan, terorisme, korupsi dll.

Ajakan yang tak kalah mulianya adalah jangan main hakim sendiri, serahkan kepada proses hukum. Hukum harus ditegakkan di negeri ini tanpa pandang bulu dan tetap menjunjung azas praduga tidak bersalah. Tatanannya sudah benar, tetapi sebagai masyarakat awam agak percaya tidak percaya apakah prosesnya berjalan sesuai dengan sistem yang sudah ditetapkan.

Kita tetap ragu dan bimbang karena dalam banyak hal memang hanya berhenti di ucapan saja. Contoh kasus gereja Yasmin tidak kunjung selesai hingga sekarang. Tindakan anarkis dari ormas tertentu juga berhenti di ucapan saja.

Fenomena apa ini sesungguhnya yang menimpa negeri ini. Negara hukum, tapi aturannya tidak bisa ditegakkan dengan benar dan adil. Rasa panik dan cemas memang pantas dirasakan oleh hampir seluruh masyarakat di negeri ini. Sampai batas tertentu, ajakan itu memang kita perhatikan, tapi kalau keterusan, Indonesia sebagai negara hukum akan kehilangan wibawanya.

Ujungnya pasti akan merembet ke aparaturnya dan para punggowonya. Lha kan bisa repot kalau wibawanya sudah jeblok, masyarakat mau percaya sama siapa lagi. Akhirnya pasti akan terjadi rasa tidak percaya kepada para pemimpin dan aparaturnya. Rakyat yang berdaulat di negeri ini bisa saja melakukan upaya hukum untuk bisa menyuarakan hati nuraninya agar semua perbuatan yang melanggar azas kepatutan dan norma-norma hukum formal dapat diproses melalui “peradilan rakyat”, demi menegakkan kedaulatan rakyat di negeri ini.

Contoh kecil tapi banyak sudah kita lihat sendiri secara kasat mata. Kita lihat peristiwa yang terjadi di Suriah, Mesir harus dapat menjadi pelajaran yang berharga agar hal yang sama tidak terjadi di negeri ini. Para pemimpin harus bisa menegakkan wibawanya.

Tanggung jawab pemimpin adalah menjalankan kepercayaan, membuat keputusan dan menjalankan apa yang sudah diputuskan. Bukan hanya bersilat lidah menyampaikan himbauan dan ajakan, tapi tidak melaksanakan apa yang telah ditetapkannya sebagai garis kebijakan.

Para pemimpin itu kalau sudah tidak dipercaya kasihan juga karena segala yang disampaikannya hanya akan dianggap angin lalu. Wis ora digugu omongane kan nggak enak. Rakyat tidak akan cemas, panik dan gelisah bila para pemimpin bersikap tegas. Ora plintat plintut seperti undur-undur, atau seperti kura-kura.

Pemimpin harus bisa ngayomi sehingga rakyat bisa hidup tenang dan aman. Catatan kecilnya adalah jangan-jangan memang apa yang terjadi di negeri ini sudah seperti benang kusut dan ruwet lagi. Maju mundur kena karena antara komandan dan anak buah sudah sama-sama pegang kunci gembok. Akhirnya saling mengunci diri. ***

CATEGORIES
TAGS