PDIP dan Golkar Masih yang Teratas, Karena Bernafaskan Nasionalis
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Golongan Karya (Golkar) menjadi partai yang mendapatkan dukungan di atas 10 persen.
PDIP dan Golkar masih unggul hingga kini antara lain karena faktor figur Joko Widodo dan Airlangga Hartarto.
Demikian potret hasil survei terbaru LSI Denny JA tentang “Partai Politik dan Pertumbuhan Pro-Syariat Islam”.
“Mengapa PDIP masih unggul? Setidaknya ada dua alasan terhadap hal ini. Pertama, Jokowi masih populer. Jokowi jauh lebih identik dengan PDIP,” kata Direktur CPA LSI Denny JA, Ade Mulyana dalam keterangannya, Selasa (1/11).
Di sisi lain, PDIP masih unggul juga karena faktor PDIP dianggap menjadi “pahlawan” karena menolak perpanjangan jabatan presiden dan presiden tiga periode.
Pasalnya, kata Ade Mulyana, Publik yang menolak perpanjangan jabatan presiden angkanya mencapai 74,1 persen. Publik yang menolak presiden 3 periode angkanya mencapai 77,2 persen.
“Dalam hal ini, penolakan PDIP terhadap dua isu tersebut sejalan dengan keinginan rakyat,” tuturnya.
Sementara itu, mengenai faktor Partai Golkar masih unggul, setidaknya ada tiga alasan yang bisa menjelaskan hal ini.
Pertama, kepuasan publik terhadap penanganan Covid-19. Tingkat kepuasan masyarakat terhadap penanganan Covid-19 mencapai angka 76,5 persen.
“Dua aktor utama yang dikenal luas bertanggung jawab atas penanganan Covid-19 adalah Airlangga Hartarto dan Luhut Panjaitan. Keduanya dikenal sebagai tokoh Golkar,” ujar Ade Mulyana.
Faktor kedua Golkar masih unggul, kata Ade Mulyana, publik optimis ekonomi rumah tangga tahun depan lebih baik. Publik yang menyatakan ekonomi rumah tangga mereka tahun depan lebih baik berada diatas 60 persen.
“Menteri Koordinator Bidang Perekonomian adalah Airlangga Hartarto yang merupakan Ketua Umum Partai Golkar,” urainya.
Faktor berikutnya, keunggulan itu karena Golkar dan Ketua Umumnya Airlangga Hartarto muncul sebagai game changer melalui Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
“Lahirnya KIB mengubah tren politik,” demikian Ade Mulyana.(sabar)