P3DN Untuk Siapa?

Loading

Oleh: Sabar Hutasoit

Sabar Hutasoit

Sabar Hutasoit

PROGRAM untuk meningkatkan penggunaan produk nasional yang disebut Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) sejatinya adalah bahagian dari upaya pemerintah untuk mendorong masyarakat agar lebih menggunakan produk dalam negeri dibandingkan produk impor.

Salah satu bentuknya adalah mewajibkan instansi pemerintah untuk memaksimalkan penggunaan hasil produksi dalam negeri dalam kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai oleh APBN/APBD.

Dengan demikian, barang/jasa yang telah memiliki Sertifikat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) diharapkan memperoleh preferensi dari panitia lelang. Dan jika itu yang terjadi, sudah dapat dipastikan, industri nasional, baik skala kecil maupun raksasa, akan dapat tumbuh berkembang.

Jika sudah tumbuh dan berkembang, maka industri akan maju, karyawan menjadi happy, daya beli masyarakat khususnya kaum buruh di pabrik-pabrik juga akan semakin menguat. Pengangguran juga akan serta merta tertanggulangi yang diikuti dengan kondusifnya iklim berusaha, baik ditinjau dari suhu politik dan angka kriminalitas. Singkatnya, negeri kita yang kita cintai ini akan semakin aman dan nyaman. Seiring dengan itu, berhaklah seluruh warga bangsa menyatakan ‘’kami sudah makmur’’. Perekonomian nasional-pun semakin tangguh.

Kira-kira demikian-lah harapan yang tersirat dan tersurat dalam program yang dikenal dengan sebutan P3DN tadi. Sungguh sangat mulia.

Nah sekarang kita bedah. Sudahkah terwujud apa saja yang diharapkan dari program yang amat mulia itu? Sudahkah seluruh program atau proyek pemerintah yang didanai oleh APBN/APBD menggunakan produk-produk nasional ?

Sudah pulakah seluruh pemangku kepentingan negeri ini atau seluruh pamong mulai dari presiden hingga ketua RT sudah serentak menggunakan barang yang diproduksi di dalam negeri ? Mari kita jawab dengan jujur dalam hati.

Kalau kita naik kereta api atau naik pesawat terbang, dapat kita saksikan slogan ‘’aku cinta produk nasional’’ lengkap dengan bendera merah putih yang dihiasi juga dengan gambar hati sebagai lambang cinta.

Belum lagi kita lihat papan reklame di pinggiran jalan raya di Jabodetabek dengan ukuran yang amat besar. Dengan senyum yang khas, artis Widiawaty yang dipakai sebagai bintang iklan P3DN (pasti iklan satu ini mengeluarkan biaya yang sangat mahal), menyatakan kecintaannya dan sekaligus mengajak kita semua untuk selalu mencintai produk dalam negeri.

Demikian juga dari kalangan pejabat pemerintah, secara berkala tampil di media televisi berdialog dengan tema cintai produk dalam negeri. Bahkan Ketua DPR Marzuki Alie tampil menjadi iklan salah satu produk nasional.
Artinya, dari pencitraan dan program, pemerintah Indonesia sudah sangat bahkan teramat lengkap untuk memajukan produksi dalam negeri. Tapi lagi-lagi kita bertanya, sudahkah sama antara ucapan dengan perbuatan.

Kita mau cek satu persatu-satu para bintang dan pembicara program P3DN, apakah mereka sudah benar-benar melakukan apa yang dikumandangkan mereka. Kita khawatirkan yang terjadi adalah seperti syair lagu yang mengatakan antara lain; “memang lidah tak bertulang tak terbatas kata-kata…lain di bibir lain di hati”

Bibir mengucapkan cintai produk dalam negeri tapi di dalam hati, sangat berbeda. Karena dorongan gengsi dan martabat ditambah lagi keangkuhan dan kesombongan, selera untuk belanja selalu mengarah kepada barang impor.

Tanpa Program

Ada pendapat yang berkata bahwa memajukan sesuatu itu tidak semata-mata karena program, akan tetapi lebih banyak didorong oleh manusianya sendiri. Ada kalanya, tanpa program sebuah organisasi dapat maju pesat jika seluruh pemangku kepentingan di dalamnya mau dan bersedia mengerjakan seluruh apa yang berkaitan dengan kepentingan organisasi.

Artinya, sehebat apapun program atau segencar apapun promosi yang dilakukan untuk sebuah program, tapi tanpa action dari seluruh pihak, program tersebut akan menjadi sia-sia, mubazir adanya. Kesannya hanyalah pencitraan atau hanya dipakai untuk kepentingan kampanye. Orang-orang menyebutnya sebagai jargon politik. Apakah memang demikian penggunaan P3DN dan untuk siapa sebenarnya P3DN itu?.

Yang dituntut untuk mensukseskan program adalah perlakuan para pihak. Mulailah dari diri sendiri anda. Promosikan-lah seluruh apa yang dikehendaki pemerintah melalui diri kita sendiri-sendiri, agar kemudian kita yang sedang berpromosi dapat menjadi contoh kepada siapa saja yang mendengar atau melihat penampilan kita.

Bayangkan kalau kita berapi-api menyuarakan agar seluruh masyarakat Indonesia selalu menggunakan barang produk dalam negeri sementara saat pidato itu seluruh busana yang melekat dalam tubuh kita merupakan barang-barang impor dan mobil yang kita naiki ke acara promosi tersebut, adalah juga mobil mewah impor yang harganya sangat wah.

Sering juga kita dengar bahwa bahan baku dari sejumlah industri sepenuhnya masih harus impor dengan alasan Indonesia belum memproduksinya. Tidak jelas pula apa alasannya kenapa Indonesia belum memproduksi bahan baku yang dibutuhkan industri nasional.

Apakah karena ketidakmampuan, atau ada alasan lain, kepentingan bisnis misalnya atau ada muatan kepentingan politik dari pihak-pihak yang sedang berkuasa. Apalagi jika terjadi gejolak kemerosotan nilai tukar rupiah ke dolar AS, mulailah terdengar keluhan pelaku industri karena harus menambah modal membeli bahan baku impor tadi. Resikonya, harga jual produk olahan harus dinaikkan untuk mengejar biaya produksi yang naik karena kurs dolar menguat. Yang menderita lagi-lagi rakyat. ***

CATEGORIES
TAGS