Orang Miskin Butuh Penghasilan Tetap
Oleh: Anthon P. Sinaga
Orang miskin sebenarnya butuh lapangan kerja untuk bisa membiayai hidupnya dan keluarganya, atau pun modal usaha dan bimbingan untuk berwirausaha. Dengan kata lain, yang paling utama dibutuhkan orang miskin, adalah sumber mata pencaharian tetap untuk menjalani hidup keluarga. Kolong jembatan, bantaran sungai, bantaran rel KA dan lahan liar lainnya, hanyalah tempat perteduhan yang terpaksa dilakukan sesuai kemampuannya. Jadi, yang harus dibenahi dulu adalah penghasilannya agar bisa hidup layak, bukan rumah murah atau rumah sangat murah.
Presiden Susilo Bambang Yodhoyono dalam dalam rapat kordinasi dengan menteri-menteri dan kepala daerah seluruh Indonesia di Istana Bogor, baru-baru ini, mencetuskan program prorakyat, berupa penyediaan rumah sangat murah dan rumah murah bagi masyarakat miskin dan masyarakat sangat miskin. Harganya berkisar antara Rp 5 juta sampai Rp10 juta per unit.
Menurut Presiden, bangunannya semacam rumah sementara, atau rumah singgah yang diperuntukkan bagi kaum miskin yang berada di kolong jembatan. Selain yang di kolong jembatan, juga diperutukkan bagi warga miskin yang tinggal di bantaran sungai dan tempat liar seperti bantaran rel KA.
Sebenarnya, solusi untuk menolong orang miskin di kolong jembatan adalah bagaimana meningkatkan penghasilannya agar mereka bisa hidup layak. Atau ditransmigrasikan untuk meningkatkan kehidupannya. Pembangunan rumah seharga Rp5 juta sampai Rp10 juta per unit, justru sulit diwujudkan di kota karena kesulitan lahan, kecuali di desa. Saat ini di Jakarta dan kota-kota lainnya, banyak rumah susun sewa yang mubazir tidak berpenghuni, karena tidak ada yang mampu membayar uang sewa.
Biaya untuk pembangunan rumah tersebut, seperti dikatakan Presiden, akan diambil dari dana bantuan pemerintah/badan usaha milik negara, dan dana tanggung jawab sosial perusahaan swasta, seyogianya dipakai untuk memberdayakan masyarakat miskin, agar bisa berpenghasilan tetap, sehingga kelak mampu menghuni rumah susun sewa yang sudah ada sesuai program pembangunan 1.000 tower (menara) rumah susun yang digagas pemerintah pada masa Jusuf Kalla, Wakil Presidennya SBY. Ribuan unit rumah susun yang sudah terbangun tersebut, kini telantar.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 31,02 juta orang, sedangkan jumlah orang yang hampir miskin 29,38 juta orang. Sebenarnya data ini agak malu-malu mengakui bahwa orang miskin di Indonesia mencapai 60, 40 juta orang tersebut. Berdasarkan kriteria BPS, yang disebut miskin adalah orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan minimum makanan setara dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari.
Jumlah orang miskin ini ditengarai lebih banyak di kota-kota besar, karena menurut penelitian anggota DPR Komisi IV, Dr Ir Lili Asdjudiredja SE PhD, urbanisasi yang berlangsung selama ini, adalah memindahkan kemiskinan dari desa ke kota.
“Orang-orang desa yang pindah ke kota bukan untuk meningkatkan taraf hidupnya, akan tetapi justru menambah orang miskin di kota,” katanya ketika pembicara pada diskusi membangun daerah yang diselenggarakan SKM Tubas, 17 Februari lalu di Jakarta. Mereka inilah yang menghuni kolong-kolong jembatan, bantaran sungai, bantaran rel KA, maupun lahan liar lainnya di kota-kota besar. ***