Meski Inflasi Dunia Mulai Stabil, Perekonomian Global Sulit Bangkit di Awal Tahun 2024

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Perlemahan ekonomi dunia yang terus berlanjut di tahun 2024 diprediksi akan semakin dalam sepanjang tahun. Pengetatan keuangan, kondisi geopolitik yang belum stabil, hingga kemajuan teknologi artificial intelligence (AI) yang menyudutkan pasar tenaga kerja mendorong perekonomian global sulit bangkit di awal tahun 2024, meskipun inflasi dunia mulai stabil.

Meskipun demikian, kondisi perekonomian Indonesia terpantau masih terkendali. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK – BI) Desember 2023 menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yaitu 123,8.

Hal tersebut dikarenakan Indeks Kondisi Ekonomi yang meningkat, terutama pada Indeks Pembelian Barang Tahan Lama. Demikian pula dengan Indeks Kepercayaan Industri bulan Januari ini.

“Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Januari 2024 mencapai 52,35, meningkat 1,03 poin dibandingkan Desember 2023. Hal ini menunjukkan bahwa industri meningkat ekspansinya,” kata Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional, Eko S.A. Cahyanto, menyampaikan saat rilis IKI Januari di Jakarta, Rabu (31/1).

Eko menjelaskan, peningkatan IKI dipengaruhi oleh peningkatan nilai pada 13 subsektor yang didominasi oleh peningkatan nilai persediaan yang menunjukkan ekspansi sebesar 50,8.

Artinya, kinerja industri pengolahan nonmigas pada bulan Januari didominasi oleh penyerapan hasil produksi periode sebelumnya, khususnya di pasar domestik dan peningkatan produksi untuk memenuhi pesanan baru. Hal ini juga didukung oleh kelancaran pengiriman dan logistik.

Jika dilihat dari sisi pesanan, secara keseluruhan nilai variabel pesanan baru masih mengalami ekspansi walaupun menurun 1,27 poin menjadi 52,17. Demikian juga dengan variabel produksi yang mengalami sedikit penurunan sebesar 0,18 poin menjadi 53,68.

Lebih detail, Eko menjelaskan bahwa terdapat tiga subsektor yang berubah level menjadi ekspansi, yaitu industri karet, barang karet dan plastik, industri barang galian bukan logam, serta industri mesin dan perlengkapan ytdl. Sehingga, jumlah subsektor yang mengalami ekspansi menjadi 17 subsektor dengan kontribusi terhadap PDB triwulan III tahun 2023 sebesar 90,8%.

Peningkatan harga batubara dan komoditas ditengarai mendorong ketiga sektor tersebut bergerak maju, selain faktor pesanan domestik.

Nilai ekspansi IKI terbesar terjadi pada subsektor industri minuman, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, serta industri makanan. Pada subsektor industri minuman, meskipun nilai ekspansinya tertinggi, tetapi juga mengalami penurunan nilai pada variabel produksi yang signifikan.

Terdapat enam subsektor dengan nilai IKI mengalami kontraksi, yaitu industri komputer, barang elektronik dan optik, industri tekstil, industri pengolahan lainnya, industri peralatan listrik, industri pencetakan dan reproduksi media rekaman dan industri kayu, barang kayu dan gabus. Penurunan nilai IKI tertinggi dialami oleh industri pengolahan tembakau yang berasal dari penurunan nilai IKI variabel pesanan baru dan produksi, tetapi tidak sampai mengubah level ekspansinya.

Beberapa faktor dominan yang menyebabkan nilai IKI turun di antaranya penurunan pesanan domestik dan luar negeri, masih banyak persediaan produk, ketersediaan bahan baku, dan faktor musiman.

Kegiatan usaha di bulan Januari 2024 menunjukkan kondisi umum yang sedikit menurun dibanding bulan Desember 2023.

Hal tersebut dapat dilihat dari penurunan persentase jawaban responden survei IKI yang menjawab kondisi usahanya meningkat dan stabil, dari 78,1% menjadi 76,4%.

“Akan tetapi, optimisme pelaku usaha enam bulan ke depan naik dari 62,42% menjadi 67,6%. Nilai ini tertinggi sejak IKI dirilis”, Eko menjelaskan.(sabar)

CATEGORIES
TAGS