Mengelola Kepercayaan
Oleh: Fauzi Azis

KEPERCAYAAN adalah sebuah keniscayaan dan pada dasarnya bersifat universal. Maknanya berarti setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam hal yang berkaitan dengan soal kepercayaan ini.
Kepercayaan kepada Tuhan adalah sebuah kewajiban setiap insan yang beriman kepada-Nya. Dalam sisi hubungan antar manusia, kepercayaan bisa menjadi sebuah hak setiap manusia manakala sebagian dari kedaulatannya diserahkan kepada manusia yang lain untuk menjadi pemimpin dan di situ sebagai pihak yang dipimpin, berhak bertanya dan berhak mengkritisi pemimpinnya.
Sementara itu, sang pemimpin wajib menjawab dan menyelesaikan masalah yang menjadi pertanyaan dari yang dipimpinnya. Tapi di sisi yang lain si pemimpin memiliki hak jawab atas semuanya itu, sepanjang kritik itu tidak sepenuhnya benar dan bahkan bisa mendatangkan bencana kemanusiaan karena mengandung unsur adu domba dan fitnah.
Inilah esensi bahwa kepercayaan itu menjadi hak dan kewajiban setiap manusia. Mengapa posisinya harus demikian, karena manusia diberi akal dan nalar oleh Tuhan agar manusia menggunakan akal dan nalarnya dengan baik, benar dan sehat.
Jika keperyaan datang kepada seseorang untuk menjadi pemimpin, maka pada dirinya melekat kewajiban yang bersifat amanah dan tanggung jawab. Masyarakat yang dipimpin berkewajiban pula untuk mempercayai pemimpinya, memberikan dukungan penuh agar si pemimpin dapat melaksanakan kewajibannya dengan sepenuh hati.
Masyarakat jangan buru-buru menuntut haknya. Biarkanlah sang pemimpin bekerja dan menghasilkan karya serta prestasi besar yang berguna bagi kehidupan masyarakatnya. Masyarakatpun dituntut menggunakan akal sehatnya karena memiliki kewajiban untuk membantu sang pemimpin agar dapat bekerja dengan tenang untuk menghasilkan karya dan prestasi besar yang harapannya berguna bagi kehidupan bersama.
Kondisi ideal yang kita harapkan memang harus seperti itu, balance. Tapi dalam realitas, tidak bisa serta merta terjadi seperti kondisi ideal yang kita harapkan. Banyak faktor penyebabnya. Bisa karena perbedaan latar belakang pendidikan antar warga, pengaruh budaya instan, harapan yang berlebih (over expectation) atau karena sebab lain (misalnya sang pemimpin hanya obral janji, omdo kata orang Betawi).
Begitu duduk di singgasana kepemimpinan, masyarakat langsung tancap gas menaruh harapan besar agar problem kehidupan yang mendera dapat sesegera mungkin diselesaikan. Berat memang menyandang amanah, kalau berhasil dipuji tapi kalau gagal siap dimaki. Dengan pemahaman seperti itu, sebuah kesimpulan yang dapat kita tarik adalah, tugas paling berat bagi setiap manusia adalah mengelola sebuah kepercayaan (trust management).
Tidak ada tugas yang lebih berat di sepanjang hidup manusia di dunia, kecuali tugas mengelola kepercayaan. Kalau sampai terjadi miss match kepercayaan, bisa berabe. Harta tahta bisa menjadi tidak berarti. Begitu juga harga diri bisa jatuh karena hilangnya sebuah kepercayaan. Memimpin dalam level apapun di tingkat manapun sama saja. Semuanya memiliki tanggungjawab yang berat, yaitu harus pandai mengelola kepercayaan. Jangan mencoba-coba uji nyali dan bermain api dengan yang satu ini, yang bernama kepercayaan.
Orang bisa saja hilang ingatan, bukan dalam arti gila. Tapi karena manusia mudah melupakan kebaikan bila setitik noktah kejelekan/keburukan menghampiri dan mempengaruhi akal sehatnya. Yang baik-baik langsung diignore dan yang jelek-jelek terus ditampilkan di layar, yang ujung-ujungnya mendatangkan ketidak percayaan.
Berat memang menjadi manusia, apalagi menjadi pemimpin. Oleh sebab itu jangan coba abai terhadap sebuah kepercayaan. Semoga negeri ini di tahun 2014 nanti mendapatkan pemimpin yang benar-benar amanah dan dapat menjalankan tugas dengan sepenuh hati dan tidak setengah hati. Jujur, kita sedang dihinggapi penyakit ketidak percayaan kepada para pemimpin. Mudah-mudahan ini menjadi kesadaran kita bersama. ***