Membuat Keputusan

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Fauzi Azis

Fauzi Azis

MEMBUAT keputusan adalah merupakan bagian dari setiap kehidupan seseorang apapun kedudukannya. Artinya, di sepanjang hidup seseorang, akan selalu ada aktifitas yang berkaitan dengan membuat keputusan dan keputusan tersebut diperlukan untuk dapat menjawab berbagai macam kebutuhan.

Membuat keputusan untuk membangun rumah tangga. Membuat keputusan untuk menaikkan harga kebutuhan pokok masyarakat. Membuat keputusan untuk mengatasi masalah kemacetan lalu lintas dan sebagainya. Kita tidak bisa membayangkan kalau di sepanjang hidup seseorang tidak pernah membuat keputusan penting atau tidak penting.

Karena itu, upayakan bahwa hidup itu adalah membuat keputusan, jangan sampai tidak pernah membuat keputusan dengan alasan apapun. Tanpa pernah membuat keputusan, bisa diartikan hidup seseorang itu seperti tak punya arah dan tujuan. Membuat keputusan pada dasarnya dibatasi oleh ruang dan waktu, karena itu harus diupayakan dapat memenuhi kebutuhan, momennya tepat, biayanya terukur dan resikonya minimal.

Para kepala rumah tangga, ketua RT/RW, para pemimpin pada umumnya dalam menjalankan tugas kepemimpinannya tidak pernah bisa lepas dari tanggung jawabnya untuk mengambil keputusan dalam situasi apapun. Membuat keputusan tidak bisa tidak, boleh dikaitkan dengan soal berani atau takut, karena nilai yang esensial dari membuat keputusan adalah soal tanggung jawab kepemimpinan.

Dengan adanya keputusan, paling tidak telah melahirkan adanya kepastian dari keadaan sebelumnya yang serba tidak pasti. Membuat keputusan bahwa awal dimulainyai 1 Ramadhan 1 Agustus 2011, adalah contoh membuat keputusan yang bernilai memberikan kepastian (dari segi waktu) yang pada kondisi sebelumnya informasi tersebut belum ada.

Dampak adanya kepastian tadi tentu positif bagi masyarakat yang akan menjalankan ibadah puasa Ramadhan, yaitu dapat melakukan persiapan untuk menjalani ibadah puasa. Hukumnya wajib bagi para pemimpin untuk membuat keputusan sesuai ruang lingkup kewenangannya, apakah di bidang bisnis maupun bidang pemerintahan/birokrasi.

Membuat keputusan yang baik membutuhkan sejumlah prasyarat yang harus dipenuhi oleh para pembuat/pengambil keputusan, antara lain adalah:

1) Sekecil apapun keputusan yang akan diambil, orientasi sebuah keputusan harus dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Contoh keputusan menaikkan harga BBM harus bisa menyelesaikan/mengurangi beban subsidi yang dipikul pemerintah.

2) Keputusan yang dibuat tidak melahirkan masalah baru yang lebih besar dari masalah yang sudah diatasi. Menyelesaikan masalah tanpa masalah seperti tagline-nya PT Pegadaian.

3) Keputusan yang telah dibuat memberikan harapan kepada seluruh masyarakat bahwa mereka dapat memasuki hari esok yang lebih baik dari hari ini.

4) Mampu memberi motivasi kepada semua pihak yang terkait untuk melaksanakan kebijakan dan progam yang ditetapkan oleh perusahaan atau pemerintah/birokrasi berdasarkan inisiasi dari masyarakat sendiri.

5) Mendorong terjadinya peningkatan efisiensi dan efektifitas kehidupan bersama. Dalam konteks keindonesiaan, kita sedang bergelut dengan banyak masalah dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, baik yang berdimensi politik dan sosial, ekonomi dan lain-lain dalam pembangunan.

Isu-isu pentingnya sangat beragam dan kalau isu-isu tersebut dapat kita anggap sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan, maka salah satu instrumen yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah tindakan yang bersifat strategis maupun teknis melalui pengambilan keputusan pejabat publik berwenang.

Apapun alasan dan pertimbangannya, pejabat publik berwenang tadi harus membuat keputusan penting untuk mengatasi berbagai masalah sekalipun pahit resiko yang harus dipikul. Ini menjadi tantangan yang harus dapat dijawab oleh siapapun yang saat ini atau di masa mendatang akan mengemban amanah menjadi pejabat publik di level manapun.

Kemampuan yang harus dimiliki oleh pejabat publik saat ini atau masa datang, menjadi sangat sarat dipenuhi berbagai kompetensi yang harus dikuasainya, baik bersifat teknis, manajerial, kepemimpinan dan kemampuan pengambilan keputusan yang memberi manfaat positif bagi kepentingan publik, bukan kepentingan negara, pemerintah, penguasa apalagi kepentingan elite politik.

Di samping persyaratan semacam itu, para pembuat keputusan seyogyanya tidak mengabaikan hati nuraninya, feeling so good-nya dan yang lebih mulia lagi kalau sang pembuat keputusan disertai dengan guideline dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Kalau persyaratan tadi dapat dipenuhi, seharusnya para pembuat keputusan tidak perlu gamang, bimbang dan ragu membuat keputusan.

Jadi para pembuat keputusan dalam situasi dan kondisi apapun, suka tidak suka harus membuat keputusan karena telah menjadi wewenang dan tanggung jawabnya. Kalau tidak, semua kegiatan bisnis dan investasi bisa mecet. Pelayanan publik juga macet, proyek pembangunan juga demikian. Ini dampak yang paling tidak dikehendaki.

Situasi ini yang harus disadari para pembuat keputusan, dengan perkataan lain, membuat keputusan dapat dikatakan sebagai inti dari proses manajerial yang sangat strategis dan harus dikuasai oleh para pembuatnya. Sekali lagi, ROH-nya para pemimpin, para pengambil keputusan adalah kemampuannya membuat keputusan.

Jika ini tidak ada dan aksioma ini bisa diterima sebagai sesuatu yang universal, maka berarti siapapun tidak tepat diklasifikasikan sebagai decision maker, sebagai leader, sebagai risk-taker, tapi lebih tepat sebagai follower saja alias menjadi orang biasa-biasa saja, sebab untuk dapat menjadi para pembuat keputusan yang brilian harus menjadi yang luar biasa.

Karena itu, sering kali para pembuat keputusan penting dan strategis dalam dunia bisnis maupun dalam ranah publik, mendapat gelar terhormat sebagai pembuat sejarah. Decision makers are history makers too ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS