Mantan Satpam Jadi Kepala Pasar
Laporan: Redaksi
PASAR yang ramai merupakan obsesi Naruh Kuswanto SE. Keramaian itu tidak hanya oleh kehadiran pedagang di Pasar Jaya, tetapi juga oleh suara pengunjung, orang-orang yang melakukan tawar menawar harga produk. Obsesi itu ada di hati dan pikiran Naruh Kuswanto sebagai Kepala Pasar Jaya Kelender SS (Simpang Selatan), Area Timur II, di Jalan Bekasi Timur Raya, Jakarta Timur.
Pasar Kelender SS termasuk pasar kelas B yaitu pasar semi modern/semi supermarket. Pasar yang bangunan barunya diresmikan 27 Mei 2011 oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo itu memilik halaman yang asri dengan tanaman hias dan tempat parkir kendaraan bermotor yang ditata rapi.
Pasar ini sudah memiliki sekitar 1.000 pedagang yang menempati 1.337 tempat usaha yang ada di bangunan pasar tiga lantai itu. Dari jumlah itu, 105 pedagang pakaian seken (eks impor) dan 32 pedagang spare part kendaraan bermotor dari Pasar Senen. Mereka umumnya menempati ruang usaha di lantai tiga. “Saya sengaja mengajak mereka. Langkah itu sebagai terobosan untuk meramaikan Pasar Kelender ini,” katanya kepada tubasmedia.com, di ruang kerjanya, pekan lalu.
Naruh Kuswanto merasakan Pasar Jaya kini dalam posisi terjepit oleh Supermarket, Hypermarket yang terus bermunculan dan dikepung oleh toko modern yang menjamur dan pasar tradisional yang ada di berbagai pelosok wilayah. Menyadari posisi itu, sebagai kepala pasar Naruh Kuswanto berusaha keras memberikan pelayanan terbaik kepada para pedagang dan pengunjung pasar.
Ruang kerja Naruh Kuswanto ada di lantai tiga tampak tertata rapi. Sebelum menempati ruang kerjanya yang baru itu, bapak dua orang anak itu menjadi Kepala Pasar Jaya Kalideres dan Pasar Jaya Citra Garden, Jakarta Barat. Sebelumnya pria kelahiran Purworejo 26 Juli 1969 itu selama 5 tahun menjadi staf dan sebelumnya selama 12 tahun menjadi petugas Satuan Pengamanan (Satpam) Pasar Induk Kramat Jati. “Saya merintis karier dari bawah, Pak!” katanya.
Apa yang dicapai Naruh sekarang ini merupakan hasil kerja keras dengan semangat nilai-nilai luhur temen (jujur), sabar, narima (ikhlas) dan budiluhur (cinta kasih). Nilai-nilai itulah yang menyemangati lulusan SMEA Penabur Purworejo, Jawa Tengah itu meneruskan langkah bekerja sambil kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Widiya Persada sampai jenjang sarjana (S-1) dan kini, masih meneruskan kuliah di jenjang pasca sarja (S-2) di kampus yang sama.
Menteri Perdagangan Mari Pangestu pernah meninjau Pasar Kelender SS dan memberikan apresiasi tinggi sebagai pasar semi supermarket yang ada di pinggir bentangan rel kereta api dan fly over (jalan layang). Posisi itu membuat Pasar Kelender SS kini masih dikepung pedagang kaki lima pasar tradisonal kolong fly over dan pasar tradisional gang lele. “Masih banyak persoalan dan tantangan yang menghadang,” ungkap Kuswanto.
Kuswanto berniat menjawab persoalan dan tantangan itu. Namun, disadari itu bukan pekerjaan yang mudah, karena diduga eksistensi pedagang kaki lima itu mendapat dukungan dari oknum pejabat dan orang-orang berpengaruh di masyarakat. Selamat berjuang! (hidayat/sis)