Kakao Industri Prioritas untuk Dikembangkan
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Industri pengolahan kakao mempunyai peranan penting dalam peningkatan devisa dan peningkatan ekonomi. Konsumsi kakao masyarakat Indonesia saat ini masih relatif rendah dengan rata-rata 0,6 kg/kapita/tahun, jauh lebih rendah dibanding dengan konsumsi negara-negara Eropa yang lebih dari 8 Kg /kapita/tahun.
Demikian Menteri Perindustrian Saleh Husin saat meresmikan pabrik pengolahan kakao PT. Cargill Indonesia, Rabu, 10 Desember 2014, di Gresik, Jawa Timur.
Dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi dikatakan, sektor industri merupakan penggerak utama perekonomian nasional yang perlu terus dikembangkan dalam rangka meningkatkan nilai tambah, pemenuhan kebutuhan pasar dalam negeri, meningkatkan ekspor dan penyerapan tenaga kerja.
Untuk itu, Kementerian Perindustrian telah menetapkan industri pengolahan kakao sebagai salah satu industri prioritas untuk dikembangkan melalui program hilirisasi. Menperin menambahkan untuk pengembangan perkakaoan nasional, pemerintah telah memberikan berbagai fasilitas melalui paket kebijakan, seperti : (1) Pembebasan Bea Masuk atas pengimporan mesin, barang dan bahan, (2) Bea Keluar Biji kakao dalam rangka menjamin pasokan bahan baku biji kakao di dalam negeri, (3) Pengurangan Pajak Penghasilan (PPh) bagi investasi baru maupun perluasan di bidang industri pengolahan kakao dan Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu, (4) Pemberian Fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan dengan persyaratan merupakan industri pionir, rencana penanaman modal Rp. 1 Trilyun dan telah berproduksi secara komersial.
Dengan berbagai fasilitas yang diberikan pemerintah telah memberikan dampak yang cukup signifikan dalam mendorong perkembangan industri pengolahan kakao di tanah air, yaitu masuknya beberapa investor dibidang industri pengolahan kakao seperti PT. Cargill Indonesia yang berinvestasi di Gresik, Jawa Timur dengan menggunakan 70.000 MT (Metrik Ton) biji kakao untuk memproduksi cocoa liquor, cocoa butter dan cocoa powder dengan nilai investasi lebih dari US$ 100 juta. (sabar)