Industri Alutsista akan Terus Dikembangkan

Loading

IMG_5565

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Industri dan Kekayaan Intelektual, Kementerian Perindustrian, Tedy Sianturi bersama Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Alpalhan, Kementerian Pertahanan, Budihardja sepakat untuk terus mengembangkan industri alat utama system persenjataan (alutsista) dan non alutsista di dalam negeri.

Kesepakatan tersebut tercetus dalam rapat tindak lanjut MoU (nota kesepahaman) antara TNI dengan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian BUMN serta Kementerian Perindustrian terkait penelitian dan pengembangan serta rekayasa alutsista dan non alutsista di Jakarta, kemarin.

Sebagai pelaku industri, Tedy mengatakan pihaknya akan terus berbuat apa yang bisa mereka perbuat sesuai kemampuan Balai-balai Besar dan Baristand yang sangat terbatas. Pihaknya akan terus berkontribusi demi pengembangan alutsista dan non alutsista yang terkait dengan impor.

Tedy optimis hal itu dapat mereka lakukan, khususnya untujk bidang non alutsista. Disebut misalnya untuk meneliti dan mengembangkan dan seterusnya memproduksi baju militer anti nyamuk, anti bakteri dan juga bahan-bahan pelapis topi baja serta sepatu dan makanan.

Tapi kalau untuk alusista kata Tedy, pihaknya mungkin baru bisa sampai batas supporting komponen. ‘’Masih sebatas prototype begitu,’’ kata Tedey.

Sementara itu Budihardja mengatakan untuk baju prajurit sekarang ini tidak hanya memerlukan tahan peluru, tetapi memerlukan baju yang bisa dapat digunakan untuk beberapa hari tanpa menimbulkan masalah kesehatan dan jika dimungkinkan menghasilkan daya listrik.

Demikian juga makanan jika bisa, di TNI disebut ransum tempur (ransum alternatif). Jika bisa memenuhi kualitas internasioanal sebab yang membutuhkannya sekitar 300.000 pasukan internasional dimana 90% diantgaranya membutuhkan makanan halal.

Dari segi kemasan, recicable. Segi desain bentuk persegi lebih preferable. Segi isi rasanya diusahakan rasa internasional.  Untuk diketahui katanya, supplier food untuk militer saat ini masih dipegang oleh Prancis. ‘’Kkenapa Indonesia tidak bisa. Perlu optimasi hasil kerjasama dengan Korsel sehingga bisa meniru teknologi tinggi Korea,’’ katanya. (sabar)

 

CATEGORIES
TAGS