Hentikan Ekspor Rotan Mentah
Laporan: Redaksi
CIREBON, (Tubas) – Indonesia harus segera menghentikan ekspor rotan mentah. Sebab jika tidak, sama saja kita menghidupi musuh dengan cara mengirim amunisi ke negeri musuh sekaligus memperkuat produk jadi di negara asing.
“Kita harus berantas ekspor bahan baku rotan,” demikian Menteri Perindustri MS Hidayat saat berdialog dengan para perajin dan pengusaha industri mebel rotan di Cirebon, Selasa lalu.
“Bahan mentah yang kita kirim itu kan akhirnya akan menghidup industri barang jadi di negeri asing sekaligus memperkuat industri mereka,” kata menteri yang disambut tepuk sorai para peserta dialog.
Sebelumnya para pengusaha industri rotan, bagaikan orang yang sedang curhat, membeberkan secara terbuka keadaan industri mebel rotan saat ini di Cirebon. Pada intinya, para pengusaha menyatakan industri mebel rotan sudah bangkrut sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan yang membuka kran ekspor rotan mentah.
Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) Hatta Sinatra menyatakan produsen mebel Cina saat ini sudah memonopoli pasar dunia padahal bahan bakunya berasal dari Indonesia.
Oleh karena itu, Sumartja, salah seorang pengusaha rotan dengan suara lantang mengatakan agar SK Menteri Perdagangan No 36 yang akan berakhir 11 Agustus 2011 jangan diperpanjang lagi sebab akan semakin memperburuk keadaan industri rotan nasional. “SK Mendag itu disobek-sobek saja, tak ada gunanya bagi negeri ini dan hanya meneyengsarakan rakyat,” teriak Sumartja.
Hatta Sinatra menimpali bahwa jika Indonesia ingin melihat rakyat Indonesia yang bergerak di bidang industri mebel rotan bangkrut, silakan membiarkan ekspor rotan terus berlangsung dan Indonesia sebagai pemasok rotan terbesar di dunia hanya bisa gigit jari sebab yang menikmati kekayaan alam Indonesia adalah orang asing.
“Teman-teman setuju tidak, kalau rotan mentah diekspor terus menerus?” tanya Sinatra yang disambut peserta dialog mengatakan, “Tidaaak…!”
Saat ini lanjut para pengusaha, dari 622 eksportir di Cirebon, yang bisa bertahan hidup hanya tinggal sekitar 30 persen dan lainnya sudah gulung tikar sejak enam tahun silam. Penyebabnya hanya satu yakni kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tidak memihak kepada rakyat Indonesia.
“Isi SK Mendag itu akan segera kami bicarakan dan dirumuskan dengan stakeholder. Yang pasti saya bertekad membenahi industri rotan dan regulasi tetap akan dilakukan dan ini tugas saya,” kata menteri mengakhiri dialog. (sabar)