Harga Telur Naik, Ini Penyebabnya…
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Kenaikan harga telur ayam ras tak lepas dari dampak pandemi Covid-19 yang menyebabkan terganggunya suplai dan permintaan.
Presiden Peternak Layer Indonesia, Ki Musbar Mesdi mengatakan setidaknya ada dua penyebab harga telur melambung hingga di atas Rp 30 ribu per kilogram.
“Persoalannya selama dua tahun terakhir masa pandemi sampai semester I, pada waktu itu harga telur jatuh, tapi harga pakan naik berkali-kali,” ujar Musbar saat dihubungi pada Kamis 18 Agustus 2022.
Musbar mengatakan pada 2020 hingga triwulan II 2022, harga telur amblas lantaran pemerintah membatasi aktivitas masyarakat sehingga kebutuhan catering hingga hotel dan restoran berkurang. Selama masa pagebluk itu, peternak mengalami kerugian berlipat-lipat karena pemesanannya berkurang.
Sementara itu, harga pakan ayam terus naik. Untuk menjaga keseimbangan permintaan dan produksi telur, peternak harus mengurangi populasi bibit ayam hingga 30 persen. Peternak juga tidak melakukan peremajaan bibit ayam.
Lantas saat kegiatan masyarakat mulai pulih karena meredanya Covid-19, permintaan terhadap telur meningkat. Kala permintaan itu tumbuh, suplai telur di tingkat peternak belum mampu mengimbangi kebutuhan dari konsumen.
“Untuk memulihkan populasi (ayam) yang 30 persen itu kan perlu waktu,” ucap Musbar.
Penyebab kedua, Musbar bercerita pemerintah mengeluarkan bantuan sosial kepada masyarakat untuk meredam inflasi. Bansos ini dianggap ikut meningkatkan permintaan telur di tingkat peternak di tengah suplai yang belum pulih.
“Kalau bansos masih berlangsung lama, harga telur masih seperti saat ini,” kata Musbar.
Naiknya harga telur di pasar tradisional hingga menembus lebih dari Rp 30 ribu per kilogram telah diprediksi sejak 3-4 bulan lalu. Kenaikan harga kebutuhan pokok ini terjadi karena peternak sedang mencari keseimbangan baru.
Kenaikan harga telur membuat sejumlah warga di Jakarta Timur mengeluh. Di tingkat agen, telur ayam dijual antara Rp 30 ribu hingga Rp 31 ribu per kilogram.
Bayu, seorang pedagang di Kramat Jati, mengatakan sepekan lalu satu kilogram telur ayam masih Rp 28 ribu per kilogram. “Harga naik 7 sampai 10 persen karena pasokan langka dari peternak. Sejak naik ya banyak pembeli yang mengeluh,” kata Bayu.
Kenaikan harga itu memberatkan pedagang kecil seperti dirinya. Bayu berharap harga telur bisa segera turun lagi dan stabil. “Sejak Lebaran naik terus harganya,” ujarnya. (sabar)