Diharapkan Kondisi Pasar Obligasi Membaik Pekan ini

Loading

Obligasi

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Head of Research NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada memaparkan, masih berlanjutnya sentimen negatif membuat laju pasar obligasi masih diwarnai pelemahan. Laju pasar obligasi di pekan kemarin cenderung variatif bergerak melemah dimana aksi-aksi jual masih mewarnai perdagangan.

Meski sempat terjadi aksi beli namun, belum mampu mengimbangi aksi jual tersebut. Sentimen dari munculnya berita positif berupa kenaikan peringkat outlook surat utang Pemerintah oleh Standard & Poor’s yang diikuti berita pembagian dividen dari beberapa emiten tampaknya sudah tidak dihiraukan lagi oleh pelaku pasar obligasi di pekan kemarin.

“Sentimen negatif datang, terutama dari The Fed yang membuat pernyataan di luar pertemuan resmi FOMC yang akan menaikkan suku bunganya di akhir tahun ini,” kata Reza, Senin (1/6/15).

Terlihat pergerakan harga obligasi, khususnya harga obligasi Pemerintah yang cenderung bergerak variatif yang terefleksi dari masih naiknya yield yang merata pada seluruh tenor. Kenaikan yield rata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor pendek (1-4 tahun). Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan rata-data yield 9,42 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yield sekitar 8,54 bps; dan tenor panjang (8-30 tahun) turut mengalami kenaikan yield hingga 2,18 bps.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo ±4 tahun kembali melemah harganya hingga 28,07 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo ±9 tahun melemah harganya hingga 47,41 bps.

Di pekan kemarin, Pemerintah Indonesia telah melaksanakan Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) untuk seri sebagai berikut:

a. Seri SPN12160304 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 4 Maret 2016;

b. Seri FR0070 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,375% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Maret 2024.

c. Seri FR0068 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,375% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Maret 2034.

Di pekan kemarin, meski masih terdapat sentimen negatif yang menyertai adanya aksi jual, permintaan akan lelang surat utang negara (SUN) masih dapat di atas target indikatif Rp 10 triliun meski nilai tersebut di bawah lelang SUN sebelumnya dimana permintaan terbesar pada SUN jangka panjang. Dalam lelang kali ini, total permintaan yang masuk mencapai Rp 11,59 triliun, lebih rendah dibandingkan lelang SUN periode sebelumnya, Selasa (26/5) yang mencapai Rp 13,30 triliun. Pada lelang kali tersebut diserap Rp 7,20 triliun atau di bawah target indikatif yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp 10 triliun. Pemerintah hanya memenangkan 3 seri seluruhnya yang ditawarkan.

Diantaranya, seri SPN12160304 (reopening) dengan permintaan yang masuk dari investor Rp 2,35 triliun. Imbal hasil terendah yang masuk sebesar 6,30% dan Imbal hasil tertinggi 7,10%. Seri ini diserap Rp 1,85 triliun dengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 6,60% dan tingkat imbalan diskonto. Kemudian, seri FR0070 (reopening) mengalami permintaan Rp 6,97 triliun dengan Imbal hasil terendah 8,15% dan Imbal hasil tertinggi yang masuk 8,35%. Seri ini diserap Rp 4,10 triliun dengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 8,15% dan tingkat imbalan 8,375%. Seri FR0068 (reopening) mengalami permintaan Rp 2,27 triliun dengan Imbal hasil terendah 8,37% dan yield tertinggi yang masuk 8,60%. Seri ini diserap Rp 1,25 triliun dengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 8,41% dan tingkat imbalan 8,75%.

Maraknya sentimen negatif tidak hanya mewarnai laju IHSG, laju pasar obligasi pun turut merasakan sentimen negatif tersebut. Pada lelang kali ini, terjadi penurunan yang diiringi adanya aksi jual pada seri obligasi lainnya. Tampaknya harapan akan adanya sentimen positif di pekan kemarin tidak terjadi dengan mempertimbangkan mulai berbalik arahnya pasar obligasi dalam negeri dan adanya kecenderungan permintaan yield yang tinggi dengan adanya kekhawatiran kenaikan Fed rate dapat membuka peluang terjadinya pelemahan lanjutan.

Akan tetapi, jika di pekan ini data-data dari inflasi dan beberapa data makroekonomi global dapat memberikan sentimen positif, diharapkan kondisi pasar obligasi dapat membaik. Cermati peluang adanya pelemahan lanjutan meski kami berharap adanya perbaikan laju pasar obligasi. Kemungkinan laju harga obligasi akan bergerak dengan rentang ±45 hingga 100 bps. Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada. (angga)

CATEGORIES
TAGS