BDI Sepenuhnya Jadi Pusat Pelatihan IKM
Laporan: Redaksi

Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Industri, Kementerian Perindustrian Drs Mujiyono MM
JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Balai Pendidikan dan Latihan Industri (BDI) tidak lagi memberi pelatihan kepada aparatur pemerintah, tapi sepenuhnya akan menjadi pusat pelatihan Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang berbasis spesialisasi. Konsep ini secara full akan diberlakukan sejak 2013 dengan harapan pelatihan bagi pelaku IKM bisa maksimal dan keberadaan BDI berdayaguna bagi dunia usaha di masing-masing daerah.
Hal itu diungkapkan Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Industri, Kementerian Perindustrian Drs Mujiyono MM kepada tubasmedia.com di ruang kerjanya.
‘’Kami akan lakukan reposisi total agar keberadaan BDI di setiap wilayah dapat memberi sumbangan positif bagi pertumbuhan industri,’’ tegasnya.
Selama ini, BDI lebih fokus memberi pendidikan dan pelatihan industri kepada aparatur pemerintah dengan harapan aparatur yang telah mendapat pelatihan itu akan tampil menjadi pelatih di daerah masing-masing. ‘’Tapi setelah dievaluasi, system itu tidak membuahkan hasil yang diharapkan bahkan hasilnya nihil,’’ katanya.
Karena itu, BDI ke depan hanya memberi pendidikan dan pelatihan (Diklat) kepada pelaku-pelaku IKM yang berbasis spesialisasi dan para peserta Diklat usai mengikuti pendidikan, segera dipekerjakan pada industri setempat.
‘’Program ini juga sekaligus kami harapkan bisa mengatasi pengangguran sebab para peserta Diklat sudah disediakan tempat kerjanya di pabrik,.’’ jelas Mujiono.
Ditambahkan oleh Mujiono bahwa agar program itu bisa terwujud, setiap BDI juga akan ditunjang oleh workshop atau pabrik mini yang disebut sebagai teaching factory. Pabrik mini dimaksud akan berguna sebagai tempat pelatihan para peserta Diklat sehingga setelah menyelesaikan Diklat, para peserta sudah faham betul mengoperasikan mesin di pabrik dimana mereka akan ditempatkan.
‘’Jadi para peserta Diklat tidak lagi hanya sekedar memiliki sertifikat pertanda sudah mengikuti Diklat. Namun merekja langsung dipekerjakan dan benar-benar memahami industri,’’ jelasnya.
Dijelaskan oleh Mujiono bahwa BDI di masing-masing daerah memiliki jenis industri yang dikembangkan.
BDI Wilayah DKI Jakarta dijadikan spesialisasi tekstil dimana para peserta Diklat di BDI Jakarta, langsung ditempatkan di pabrik-pabrik tekstil di Jakarta. Surabaya, jenis IKM-nya adalah elektronika dan tekstil, Yogyakarta kerajinan logam dan plastik dan berkat kerjasama BDI Yogyakarta dengan Asosiasi Plastik, seluruh peserta Diklat, melalui asosiasi, langsung bekerja di pabrik plastic.
Demikian juga Bali dan Makassar serta Padang. Mereka sudah punya spesialisasi dan di masing-masing BDI tersebut sudah dibangun pabrik mini sebagai alat praktik peserta Diklat. Mesin-mesin di pabrik mini tersebut merupakan sumbangan antara lain dari Ditjen Basis Industri Manufaktur (BIM), Ditjen Agro, Ditjen IKM, Direktur Tekstil dan Direktur Industri Kimia di Kementerian Perindustrian.
‘’Namun hingga kini BDI Medan belum jelas apa spesialisasi. Mereak sedang melakukan pengkajian sehingga pabrik mkini belum bisa dibangun di BDI Medan. Kita sedang menunggu,’’ katanya.
Demikian juga kata Mujiono di masing-masing pusat pendidikan yang ada di bawah binaan Pusdiklat Kemenperin, perlu diadakan pabrik mini agar para siswa dapat langsung mempelajari mesin pabrik sehingga seluruh jebolan sekolah tersebut selain memiliki ijazah, juga mendapat sertifikat kompetensi di bidangnya masing-masing.
‘’Kami proyeksikan tahun 2015 seluruh BDI dan sekolah sudah dilengkapi dengan teaching factory,’’ katanya. (sabar)