Api Tetap Menjadi Musuh Besar Ibukota

Loading

Oleh: Anthon P.Sinaga

Ilustrasi

Ilustrasi

SELAMA belum ada program memutus mata rantai penyebab utama kebakaran di Ibukota Jakarta, maka api senantiasa menjadi ancaman tetap dan musuh besar bagi warga kota. Belum lama ini sedikitnya 600 rumah hangus terbakar di daerah Pedongkelan, Kayu Putih, Jakarta Timur. Sebelumnya, puluhan rumah juga hangus terbakar di daerah Kramat Bluntas, Paseban, Jakarta Pusat. Dan tidak terhitung sebelumnya beberapa kali ratusan rumah hangus di lokasi langganan kebakaran di daerah Penjaringan, Jakarta Utara.

Kebakaran yang sering terjadi di Jakarta, memang lebih banyak melanda pemukiman kumuh dan padat penduduk. Di kawasan tersebut melekat berbagai permasalahan sebagai mata rantai penyebab utama kebakaran, seperti jaringan instalasi listrik yang tidak standar dan tidak beraturan, sikap penduduk yang belum sadar akan bahaya kebakaran, bahan bangunan yang rentan terhadap api dan berdempetan, tidak ada alat pemadam kebakaran yang memadai dan tidak tersedia jalur evakuasi bila terjadi kebakaran. Mata rantai penyebab utama kebakaran inilah yang sebenarnya perlu diputus dan diprogramkan untuk dibenahi.

Sebagai Ibukota Negara, Jakarta sudah patut menjadi contoh untuk meminimalisasi ancaman kebakaran bagi warga kota penghuninya. Bagaimanapun, kota Jakarta sudah pernah dirintis oleh Gubernur Ali Sadikin pada tahun tujuhpuluhan menjadi pemukiman yang aman, nyaman dan teratur, dengan program perbaikan kampung yang sudah mendapat pujian internasional dan bahkan mendapat bantuan pinjaman berbunga lunak dari Bank Dunia. Jalan-jalan kampung diperlebar agar bisa masuk mobil pemadam kebakaran berukuran kecil, serta memperbanyak hidran atau sumber-sumber air untuk pemadaman api. Program ini tidak lagi diteruskan, dan bahkan kampung yang dulu sudah sempat nyaman dan teratur, kini sudah kembali sumpek, buram dan kumuh.

Upaya memasyarakatkan alat pemadam kebakaran yang praktis di pemukiman padat, seperti jenis pawang geni, merupakan program yang bagus untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengatasi kebakaran di lingkungannya. Alat pemadan api dini berupa pompa manual yang bisa digunakan di gang-gang sempit ini, juga pernah diperkenalkan Joko Widodo alias Jokowi, pada saat kampanye dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta tahun 2012 lalu. Kini Jokowi sudah menang menjadi Gubernur, tetapi program yang bagus ini tidak lagi diteruskan.

Program penyadaran masyarakat terhadap berbagai penyebab kebakaran, seperti buang puntung rokok sembarangan, membakar obat anti nyamuk, penyalan lilin untuk penerangan sementara, dan kelalaian mengakibatkan kompor meledak, memang harus rutin dilakukan. Namun, untuk sosialisasi program penyadaran masyarakat akan bahaya kebakaran ini, perlu diatur secara organisatoris dan mungkin memerlukan badan tersendiri, setidaknya di tingkat kelurahan, yang jelas pertanggung jawabannya dan dievaluasi tugas-tugas pokoknya secara rutin.

Instalasi Listrik

Namun, sumber penyebab kebakaran yang sering diberitakan, adalah hubungan pendek arus listrik atau korsleting dengan modus bermacam-macam. Apakah itu akibat pemasangan sambungan-sambungan arus listrik yang semrawut, dan stop kontak bertindih-tindih, ataukah akibat instalasi yang asal jadi dan penggunaan kabel-kabel listrik yang tidak standar, masyarakat awam tidak semuanya paham akan bahayanya.

Yang jelas, Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang merupakan satu-satunya pemilik sumber daya yang bisa membuat kehidupan nyaman, tetapi juga bisa membuat hidup sengsara itu, harus bertanggung jawab dalam penyaluran dan pengawasannya. Tidak ada alasan karena pencurian-pencurian arus.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga, secara berkala perlu membentuk tim audit untuk mengecek kelayakan fasilitas bangunan pemukiman, bangunan privat dan bangunan umum, seperti instalasi listrik dan kelengkapan perangkat lainnya, terutama di kawasan yang rentan kebakaran. Dinas Penataan dan Pengawasan Pembangunan Kota tidak hanya berfungsi mengeluarkan izin, tetapi juga melakukan pengarahan dan pembinaan di lapangan.

Demikian juga perluasan fungsi dan tugas Dinas Pemadam Kebakaran yang selama ini hanya datang untuk memadamkan api, kemudian selesai. Dinas ini tidak ikut menyelidiki dan memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang apa penyebab utama kebakaran dan upaya apa yang harus dilakukan untuk menghindari kejadian serupa, baik terhadap lingkungan para korban, maupun kepada instansi terkait untuk melakukan koreksi dan perbaikan. Api sebagai musuh besar warga Jakarta, ternyata telah menghanguskan ratusan miliar dan bahkan triliunan rupiah harta benda masyarakat dengan sia-sia. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS