Butuh Terobosan

Loading

Oleh: Edi Siswojo

Ilustrasi

Ilustrasi

TIDAK berlebihan pendapat yang mengatakan dalam perkembangannya bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi mirip dengan beras dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Lho, kok bisa?

Memang, secara kasat mata dua kebutuhan rakyat itu jauh berbeda. Tapi, isu yang muncul dari kedua kebutuhan itu memiliki implikasi sosial dan politik yang tidak jauh berbeda. Pemerintah telah kedodoran dengan isu BBM bersubsidi. Terobosan baru perlu dilakukan untuk memperbaiki keadaan.

Buktinya, dampak kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Kalimantan telah menimbulkan ketegangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Empat gubernur dan masyarakat di sana telah melakukan protes dan memblokade pengiriman batu bara. Ketegangan lain juga mulai merambat ke sejumlah wilayah lain di Indonesia saat orang mengantre di stasiun pengisian bahan bakar minyak umum (SPBU).

Pemerintah menyadari perkembangan isu itu. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pekan lalu, memberikan tanggapan dengan mengeluarkan kebijakan penghematan BBM bersubsidi melalui pelarangan penggunaan BBM bersubsidi untuk kendaraan pemerintah pusat maupun daerah, BUMN (badan usaha milik negara) dan BUMD (badan usaha milik daerah.

Selain itu juga dilakukan penghematan penggunaan listrik dan air di kantor pemerintah usat dan daerah, BUMN, BUMMD dan penerangan jalan umum. Melakukan konversi BBM ke bahan bakar gas untuk transpotasi.

Melarang penggunaan BBM bersubsidi untuk kendaraan perkebunan dan pertambangan. Mengendalikan ditribusi BBM bersubsidi di SPBU dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.

Saya setuju dengan kebijakan itu. Namun, perlu disadari peningkatan penggunaan BBM khususnya BBM bersubsidi bukan semata karena bertambahnya kegiatan ekonomi tapi juga karena faktor lain misalnya penyelundupan BBM ke luar negeri.

Penghematan BBM bersubsidi memang perlu, tapi yang lebih perlu dilakukan meningkatkan efisiensi dengan memperbaiki manajemen BBM dan menghentikan praktik korupsi yang merebak luas di masyarakat.

Di dalam perut bumi BBM yang bersumber dari fosil jumlahnya terbatas. Maka, masa depan Indonesia membutuhkan gerak maju–bukan wacana–pengembangan energi alternatif dan terbarukan seperti etanol dan biofuel. Selain itu, juga membutuhkan kebijakan baru pengurangan ekspor gas dan batu bara yang selama ini dilakukan. Terobosan baru perlu dilakukan! ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS