Stop Impor Buah Untungkan Petani

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

WONOGIRI, (TubasMedia.Com) – Langkah pemerintah memberhentikan impor buah dari negara lain disambut baik oleh pedagang buah lokal, karena dapat mendorong nilai jual buah lokal dan petaninya. Seperti yang ada di pasar Kecamatan Pracimantoro dan Giritontro.

Pertumbuahan ekonomi dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh program yang mengarah dan tepat sasaran, seperti kita harus selalu mencintai produk sendiri tidak selalu mengandalkan produk luar. Buah lokal yang ada di Indonesia merupakan buah paling bagus dengan kualitas mengandung banyak vitamin. Di samping itu, memang cara yang tepat dalam menaikkan nilai jual terhadap petani buah lokal, impor buah diberhentikan.

Kepala Dinas Pasar Pracimantoro Selamet, mengatakan pedagang di pasar yang dipimpinnya jarang yang menjual buah impor. Tapi umumnya buah lokal, seperti jeruk, apel, mangga, rambutan, melon, semangka, pepaya dan manggis. ‘’Tapi soal pemerintah menghentikan impor buah kami belum mengetahui, berhubung pasar ini jarang yang jualan buah impor,’’ katanya.

Mulyadi pedagang buah yang sudah belasan tahun mangkal dengan mobil pick-up nya di halaman pasar, setuju saja jika pemerintah menghentikan buah dari luar. ‘’Dari segi jual kita lebih cepat buah lokal yang laku, di samping lebih murah, jika habis terjual,

mencari juga lebih mudah. Beda dengan buah impor sudah mahal, lakunya-pun tidak seperti buah local. Yang terjual juga hanya kisaran 20 – 30 kg perhari karena jarang pembeli. Ttapi untuk yang local, bisa mencapai satu kwintal lebih. Kami mengambil langsung dari Yogya di Pasar Juwangan,’’ katanya.

Mendongkrak Harga

Sementara itu, dari Tasikmalaya dilaporkan, dihentikannya impor buah-buahan oleh pemerintah, membuat para pedagang buah di pinggir jalan dengan menggunakan gerobak dan kios, kelimpungan. Pasalnya, harga buah lokal melejit naik sementara niat pembeli berkurang.

Pasalnya, para pedagang buah di depan super market maupun di pinggir jalan, yang biasanya kios dipenuhi dagangan buah-buahan, seperti jeruk, apel dan piear impor, kini hanya menjual jeruk Garut, pepaya, mangga dan rambutan lokal.

Aau alias Handoko (53) salah seorang pedagang buah-buahan di daerah Tasikmalaya mengatakan, distopnya impor buah-buhan membuat harga beberapa jenis buah-buahan lokal mengalami kenaikan.

Naiknya harga buah-buahan menurutnya, karena pasokan buah-buahan dari luar negeri ke Jawa Barat, khususnya Tasikmayala saat ini sangat berkurang, seperti, jeruk, apel, durian, lengkeng dan buah-buahan lainnya.

Buah-buahan dari luar, sejak ditutupnya kran impor oleh Pemerintah sangat langka ditemukan di kios-kios di pinggir jalan, seperti beberapa waktu lalu, buah-buhan impor hanya dapat dibeli di toko-toko resmi, seperti di super market dan Maal.

Menurut sumber di Koperindag Kab/Kota Tasikmalaya, sampai saat ini, Indonesia termasuk negara pengimpor jeruk terbesar kedua di ASEAN setelah Malaysia, dengan volume impor khususnya jeruk manis sebesar 127.041 ton selama kurun waktu 2005-2009 dengan rata-rata per tahun mencapai 25.408 ton atau setara dengan US$ 17.464.186/tahun.

Sedangkan untuk jenis keprok atau mandarin, menurut data Biro Pusat Statistik selama kurun waktu 2005-2009 mencapai 504.063 ton atau sekitar 100.813 ton per tahun dengan nilai mencapai US$ 80.569.300.

Saking banyaknya pasokan buah impor di Tasikmalaya, para pedagang yang biasa hanya menjual buah mangga dan papaya, sekarang ikut berjualan buah-buah impor terutama jeruk Mandarin dan jeruk santang.

Ny. Shierley seorang konsumen mengatakan, waktu masih bebasnya masuk buah impor ke Tasikmalaya, harganya murah, tapi sekarang, harga segala jenis buah jadi naik, seperti harga jeruk Mandarin yang semula dijual Rp 13 ribu/kg, kini Rp 15 ribu/kg, jeruk santang (China) yang semula Rp 13 ribu sekarang dijual Rp 15 s/d 18 ribu/kg dan apel Jepang yang semula Rp 15 ribu menjadi Rp 18 ribu/kg. (heryanto/hakri miko)

CATEGORIES
TAGS