Sistem Perdagangan Dunia Perlu Direka Ulang

Laporan : Sabar Hutasoit

JAKARTA, (Tubas) – Sistem dan tatanan perdagangan barang di dunia perlu direka ulang agar masalah yang mengancam industri dalam negeri akibat diberlakukannya Asean-China Free Trade Agreement (ACFTA) bisa dicegah.

Demikian diungkapkan Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Pemasaran dan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), Fauzi Azis kepada Tubas di Jakarta, Kamis pekan silam. Sebelumnya kepadanya dimintai komentar tentang adanya kekhawatiran pemerintah akibat semakin membanjirnya produk China di wilayah hukum NKRI.

Beberapa hal kata Fauzi perlu dipertimbangkan. Di antaranya istilah perdagangan bebas tidak akan pernah terwujud karena pada prakteknya hampir semua negara tidak ingin kepentingan nasionalnya terganggu dan tidak ada satu pun pemimpin negara di dunia ini yang mau berkorban karena rakyatnya berontak karena tekanan eksternal.

Selain itu katanya, hampir tidak pernah ada sebuah kekuatan terjadi dalam posisi yang sama di antara negara-negara di dunia dan pasti selalu ada perbedaan yang ada kalanya sangat menonjol perbedaan itu.

Berdasarkan alasan-alasan ini lanjutnya, maka sistem dan tatanan perdagangan dunia perlu ditata kembali dengan tidak mengedepankan sistem perdagangan bebas tetapi perdagangan terkelola. Kenapa perlu terkelola? Karena setiap negara pasti mengharapkan segala sesuatu yang menjadi kepentingan diharapkan tidak menimbulkan ketidakseimbangan yang fatal atau serius dan bisa menimbulkan gangguan stabilitas politik ekonomi dan sosial suatu negara.

Sistem dan mekanismenya juga tidak perlu dibuat rumit ketika terjadi gangguan serius dalam bentuk ketidakseimbangan mencolok dalam neraca perdagangan dalam satu tahun. Negara yang bersangkutan diperbolehkan untuk menyatakan time out agar kekuatan domestiknya terkonsolidasi dan secara otomatis, negara yang bersangkutan diperkenankan untuk memberlakukan tarif bea masuk yang berlaku umum dan tarif preferensinya sementara ditunda. ***