Semua Pihak Harus Nyata Dukung P3DN
Laporan: Redaksi

Lili Asdjudiredja
JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Anggota Komisi VI DPR Lili Asdjudiredja tidak yakin program peningkatan penggunaan produk dalam negeri akan berhasil jika dilakukan hanya melalui slogan dan lewat pidato-pidatoan. Spanduk dan pamflet-pamflet yang banyak terpampang dimana-mana tidak akan berdampak positif jika tidak diikuti dengan gerakan nyata.
Hal itu dikatakan Lili kepada TubasMedia.Com di ruang kerjanya Kamis pekan silam. Program pemerintah untuk meningkatkan pemakaian barang-barang produksi dalam negeri yang diberi nama Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) menurutnya sangat mendasar dan kepentingannya jangan dilihat hanya sesaat.
‘’Bukan hanya saat ini, tapi jangka panjang sampai ke anak cucu kita kelak. P3DN harus dilihat secara utuh kepentingan nasional dan jangan dijadikan sebagai alat politik,’’ lanjutnya. Menurut Lili, jika program P3DN dijadikan hanya sebagai alat politik, maka program ini tidak aka nada manfaatnya bagi negeri apalagi bagi anak cucu.
Untuk itu katanya, agar program itu membumi, semua pihak, semua instansi dan semua lembaga harus terlibat secara langsung dan nyata dan tidak cukup hanya slogan dan pidato. Untuk supaya produk dalam negeri menjadi tuan di negeri sendiri, produk itu harus punya daya saing yang tinggi, baik harga maupun mutunya.
Agar daya saingnya bisa meningkat, tidak cukup jika tugas itu hanya ditimpakan ke pundak dunia usaha. Pengusaha bisa saja memproduksi produknya dengan cost yang sangat rendah, artinya sampai pada sekitar lokasi pabrik, produk itu diproduksi dengan biaya rendah.
Tapi begitu produk masuk ke atas truk untuk dibawa ke pasar atau pelabuhan, cost produksi membengkak sebagai akibat dari infrastruktur yang tidak mendukung seperti kemacetan lalulintas, jalan rusak dan sebagainya. Belum lagi tetek bengek pungutan yang harus dihadapi di pasar atau di pelabuhan yang semuanya menimbulkan biaya tinggi.
Tentang infrasturktu menurut Lili teramat penting diperhatikan pemerintah. ‘’Kita sudah capek mengingatkan pemerintah agar serius membenahi infrastruktur tapi jawabannya hanya sebatas bibir. Dongeng melulu, omong doang,’’ katanya.
Disinggung seklitar dukungan perbankan, Lili menyebut bahwa salah satu sector yang memperlemah daya saing produk nansional adalah tingkat suku bunga di Indonesia yang amat tinggi. Di China suku bunga hanya sekitar lima persen sementara Indonesia bisa ssmpai 12 persen.
‘’Nah, dengan perbedaan ini, bagaimana mungkin produk nasional bisa menjadi tuan di negeri sendiri. Pasti digilas produk impor yang harganya bisa lebih murah. Masyarakat umum kan mencari barang bagus dan harga murah, belum sampai kepada kepentingan nasional. Tapi coba kita produksi barang bermutu bagus dan harga murah, tanpa diimbau, masyarakat akan menyerbu produk dalam negeri. Saya jamin itu,’’ katanya. (sabar)