Semoga Bangsa Ini Tidak Terjebak dalam “Era Kegelapan”

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

THE dark ages begitu ungkapannya. Sebagai bangsa, rasanya tidak ada satu pun di antara kita yang rela negeri ini “terperangkap dalam era kegelapan”. Sekali lagi, mari kita hindari dan kita buang jauh-jauh demi masa depan anak-cucu dan tunas-tunas bangsa. Yang kita tuju adalah zaman kebangkitan agar bangsa ini dapat menjadi digdaya, bermartabat, dan berperadaban.

Mengapa ini perlu disampaikan? Karena dalam sejarah peradaban manusia di dunia, bangsa Romawi pernah mengalami hidup di zaman kegelapan. Kegemilangan Yunani dan Romawi menjadikan Eropa sebagai cahaya dunia masa lampau. Kota-kotanya sangat besar dan istananya megah-megah. Ekonominya sangat makmur. Jalan Via Appia, yang kokoh membentang ratusan kilometer dari Roma sampai Brundisium, di ujung selatan Italia.

Ilmu pengetahuan berkembang pesat dan sekolah-sekolah tersedia buat semua orang. Akan tetapi, kehebatannya membuat mereka lupa diri. Dengan kekayaan berlimpah yang dimilikinya, para Kaisar Roma jadi sibuk bermewah-mewahan dan memuaskan nafsunya sendiri. Pada masa-masa kemegahan seperti itu, tidak pernah ada yang menyangka Roma akan jatuh (Eko Laksono 2006).

Lebih lanjut dikisahkan bahwa hidup glamour sampai lupa tidak sempat lagi memikirkan kerajaan. Kerajaan makin tidak terurus. Rakyatnya juga terlena dan menjadi lemah. Pemerintahannya di seluruh negeri diisi oleh orang-orang yang bekerja dengan tidak jelas dan korup.

Bagimana dengan kondisi di negeri ini?.Pastinya, Indonesia bukan kerajaan Romawi. Indonesia adalah negara yang demokratis dan rakyatnya yang memiliki kedaulatan.Tapi, sebagian elitenya korup dan perilakunya sistemik dan berkelompok. Elite politiknya asyik sendiri menikmati kekuasaan dan “abai” terhadap kepentingan rakyat, sehingga rakyat sudah mulai bersikap masa bodoh. Main hakim sendiri terjadi di mana -mana. Premanisme marak dan membuat rakyat merasa tidak nyaman dan aman hidup di negeri ini. Hukum tidak ditegakkan dan konflik sosial terjadi dengan berbagai kondisi yang sangat mengkhawatirkan.

Jelang pileg dan pilpres selalu diwarnai oleh sikap mendua para elite politik penguasa, baik di lembaga eksekutif maupun legislatif. Mengurus negara disambi mengurus parpolnya. Ekonomi terus tumbuh, tetapi KKN-nya juga jalan terus. NKRI seperti dipertaruhkan. Demokrasi berjalan tanpa dibarengi pendidikan politik yang mencerahkan bagi seluruh rakyat, sehingga demokrasi dipahami dalam versi masing-masing.

Jangan Ragu

Itulah sekilas perbedaan antara Romawi dan Indonesia. Namun, perbedaan itu tidak berarti Indonesia dapat bebas dari ancaman terjadinya zaman kegelapan. Buktinya pernah muncul hasil pengamatan bahwa Indonesia berpotensi menjadi negara gagal. Bahkan rezimnya dituduh pembohong dan cacian lain yang serba tidak mengenakkan.

Fenomena buruk yang muncul di negeri ini harus bisa dicegah, karena sebagai bangsa, kita semua tidak menghendaki negara ini menjadi gagal. Tidak berhasil mengelola bangsa dan negaranya. Kita tidak boleh ragu sedikit pun bahwa bangsa dan negara ini akan bisa bangkit dari keterpurukan dan dapat berhasil mengelola segala sumber daya dengan baik dan benar.

Para elite harus kita jewer agar kembali ke jalan yang benar dan jalan yang lurus supaya negeri ini berhasil membangun peradabannya di abad modern yang serba berbasis teknologi informasi dan menjadi bangsa yang bersaing di dunia. Semoga para elite politik di negeri ini rajin membaca sejarah peradaban bangsa-bangsa di dunia dari zaman ke zaman.Yang baik kita contoh dan yang buruk kita buang.

Bangsa dan negara ini harus naik kelas, dalam arti mampu melakukan perubahan dalam segala aspek kehidupan. Bangsa dan negara ini harus siap menjadi negara maju baru yang berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia, tanpa harus mengorbankan jati diri sebagai bangsa dan tetap memiliki semangat patriotisme dan nasionalisme. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS