Pusdiklat Industri Bangun Kampus di Setiap Kawasan Industri
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Tahun ini dua Pendidikan Tinggi Akademi Komunitas Industri akan dibangun di dua kawasan industri masing-masing industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Solo dan Petrokimia di Banten.
Hal itu dikatakan Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Kementerian Perindustrian, Mujiono kepada tubasmedia.com di ruang kerjanya, Rabu siang. Dan rencananya di masing-masing kawasan industri di Indonesia, akan dibangun perguruan tinggi.
Tujuan membangun sekolah-sekolah di dalam kawasan industri katanya, untuk memenuhi tenaga kerja yang dibutuhkan industri yang berada di kawasan industri setempat. Dengan pertumbuhan industri 6-7 persen, kebutuhan tenaga kerja bisa mencapai 600 ribu orang setiap tahun.
‘’Kebutuhan akan tenaga kerja ini tidak bisa dipenuhi oleh sekolah-sekolah umum sebab mereka tak kompetensi,” katanya.
Dikatakan pula bahwa alasannya membangun sekolah-sekolah di dalam kawasan adalah untuk menjembatani hubungan antara masyarakat setempat dengan kawasan industri. Pemuda-pemudi masyarakat sekitar kawasan akan dididik di sekolah tersebut agar bisa segera bekerja di unit-unit usaha yang ada di dalam kawasan industri sehingga mengurangi kesenjangan.
Selama ini komunikasi antara masyarakat dengan pengelola kawasan hampir bisa dikatakan tertutup dan tidak mungkin bekerja di pabrik karena tidak adanya keterampilan. ‘’Kalau pun ada warga yang direkrut, paling tinggi hanya sampai pada Satpam,” jelasnya.
Dengan hadirnya Akademi Komunitas Industri, para anak muda di lingkungan kawasan akan dididik dengan kurikulum yang dibutuhkan perusahaan. Artinya, kata Mujiono, segera setelah para mahasiswa mengakhiri pendidikan alias sudah lulus, mereka langsung mendapat pekerjaan dengan mendapar gelar D1 atau D2.
Kurikulum yang diajarkan kepada mahasiswa adalah hasil bahasan antara pelaku industri dengan asosiasi sehingga setelah mahasiswa lulus, sudah segera dapat diterima bekerja.
Setiap semester, para mahasiswa didesain 3 bulan di kampus dan 3 bulan di pabrik. Kampus dilengkapi dengan workshop, laboratorium dan peralatan yang dipakai di kampus tidak berbeda dengan yang dioperasikan di pabrik-pabrik.
Ditanya sekitar dana yang digunakan membangun kampus dikatakan semuanya menggunakan dana dari APBN. Kata Mujiono, untuk melengkapi peralatan, dana yang dibutuhkan cukup besar. Disebutkan, untuk kampus di Solo saja dikeluarkan dana Rp 31 miliar sementara untuk Banten Rp 35 miliar. Mahasiswa yang sekolah di Akademi Komunitas Industri tidak dipungut bayaran. ‘’Semuanya ditanggung Pusdiklat,’’ kata Mujiono. (sabar)