Presiden SBY Lupa Membenahi Rumahtangganya Sendiri

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

KALAU kita amini dengan pemahaman sebagai resolusi bangsa dan negara di tahun 2014, akselerasi pertumbuhan ekonomi harus terjadi. Pertumbuhannya harus berkelanjutan. Biar bisa bekelanjutan, mesin penggeraknya harus dioverhaul karena mesin yang ada sudah sangat tua, sehingga kalau dipacu dengan kekuatan tertentu, mudah memanas.

Mesin penggerak yang perlu dioverhaul lebih dahulu adalah infrastuktur. High cost economy, tingginya biaya logistik dan mahalnya suku bunga dan biaya produksi menjadi relatif mahal hanya akibat kualitas infrastuktur yang sangat buruk. Suplai demandnya sudah sangat tidak seimbang!sehingga tidaklah mengherankan kalau ekonomi nasional mudah memanas.

Dari ukuran mikro, secara teoritis bagi Indonesia akan lebih sulit bisa memenangkan pertandingan di pasar bebas Asean tahun 2015. Infrastruktur yang buruk tanpa pernah dioverhaul, sangat sulit mengharapkan untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat poduksi dan distribusi berkelas dunia.

Bandingkan dengan China. Antara bumi dan langit perbedaannya dalam hal penyediaan infrastuktur. Ibarat dalam sebuah pertandingan sepak bola, di saat kick off nanti di pasar Asean, posisi Indonesia akan tertekan dan dampaknya pasti akan menekan posisi neraca transaksi berjalan. Presiden SBY yang terhormat, untuk dipahami saja, bahwa yang defisit tidak hanya terjadi pada kepatuhan saja, tetapi secara potensial defisit itu juga bisa terjadi di bidang yang lain, yakni ekonomi dan kebudayaan.

Pada sisi yang lain, dari aspek kelembagaan pemerintah dan DPR telah cukup banyak mengeluarkan regulasi dan kebijakan, tapi kalau didalami satu persatu, akan terjadi sekian banyak kapling, baik kapling berskala besar maupun kecil yang menghasilkan sekat-sekat kewenangan dalam banyak sektor.

Akibatnya aturan main yang dihasilkan dapat mengganggu kepastian berusaha dan pada ujungnya menghambat proses akselerasi pertumbuhan yang direncanakan. Para investor dan calon investor dari dalam maupun luar negeri tidak bisa dengan cepat dan efisien merealisasikan rencana investasinya karena dua hal.

Pertama, mempelajari aturan main berinvestasi di negeri ini memerlukan waktu karena saking banyaknya aturan yang harus dipelajari. Kedua, pada tataran implementasi juga memakan waktu karena pelayanan publik yang diberikan belum efisien. Akibatnya dalam hal tertentu untuk merealisasikan rencana investasinya, perlu ada “intervensi” petinggi negara di jajaran eksekutif maupun legislatif yang akhirnya bisa membuka terjadinya perburuan rente.

Masalah paling fondamental yang menghambat untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, secara internal sejatinya hanya terjadi di dua area tersebut, yakni buruknya infrastruktur dan banyaknya aturan main yang harus diikuti.

Kalau dua hal ini bisa dibenahi, maka secara fondemental, Indonesia akan dengan mudah dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonominya tanpa harus sering memanas. Daya saing ekonomi nasional akan menjadi lebih baik karena sebagian besar faktor yang selama ini menggerogotinya telah behasil dibenahi. Legacy ini yang seharusnya diwariskan Kabinet Indonesia bersatu selama 10 tahun bekerja. Tapi sayang waktu yang tersisa hanya tinggal kurang dari setahun. Sulit menyulap keadaan menjadi lebih siap karena waktunya sudah sangat pendek.

Selama ini presiden lebih sibuk menggalang kerjasama intenasional di bidang ekonomi, tapi lupa membenahi rumahtangganya sendiri di dalam negeri. Di forum intenasional hanya talking-talking, di dalam negeri hanya sibuk bernarasi dan akibatnya tidak banyak legacy yang bisa diwariskan. Kepada pemimpin yang akan datang dan kepada para legislatornya diharapkan dapat membenahi kedua sektor tersebut tanpa harus pernah berfikir gue akan dapat apa. ***

CATEGORIES

COMMENTS