Pidato Politiknya Hanya Pepesan Kosong

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

DI bursa saham, kita mengenal isitilah blue chip, yaitu saham-saham unggulan yang selalu memberikan daya tarik sendiri bagi para pemburu saham di bursa saham. Menjadi blue chip berarti kinerja para emitmennya dinilai proper dan harga sahamnya selalu menarik. Tahun ini katanya tahun politik bagi yang gemar dan percaya sama politik di negeri ini.

Tahun 2014 Indonesia akan menyelenggarakan pileg dan pilpres. Pertanyaannya adalah apa ada parpol yang memiliki status blue chip seperti halnya saham dari emiten di bursa saham. Sebagai calon voter secara pribadi maupun kelompok bebas memberikan penilaian atas kinerja parpol dan tokoh-tokohnya.

Mau percaya kepada hasil survey elektabilitas atau sumber lain juga tidak dilarang untuk nanti dalam pileg atau pilpres berdasarkan ketetapan hati masing-masing menentukan pilihannya. Karena kita mendapatkan kebebasan politik di negeri ini, maka tanpa berniat sedikitpun untuk mempengaruhi pikiran orang lain, opini ini memberikan suatu penilaian bahwa dari puluhan parpol yang laga di pileg dan pilpres yad, tidak ada satupun yang berstatus sebagai “parpol blue chip” karena beberapa hal.

Pertama, pada umumnya parpol-parpol yang ada hanya pandai memuaskan dirinya sendiri, belum berhasil mensejahterakan para pemegang saham mayoritasnya yaitu rakyat sebagai pemegang kedaulatan. Asyik melakukan “masturbasi” politik demi kepentingan parpol dan kroninya.

Kedua, manajemen parpol tidak transparan dan akuntabel. Progamnya tidak nyata. Hadir di tengah rakyat di kala perlu, penuh basa basi. Tidak memberikan pendidikan politik yang baik dan mencerahkan, tetapi malah “meracuni” karena rakyat dininabobokkan dengan suapan uang hasil “jarahan”. Konflik sosial dan rusaknya kohesi sosial di masyarakat karena rakyat telah menjadi korban “racun” politik yang menyesatkan.

Ketiga, bagaimana bisa menjadi parpol blue chip, apa itu berpolitk saja para tokohnya banyak yang tidak faham tentang konsep berbangsa dan bernegara. Akibatnya, konsep peningkatan kesejahteraan rakyat “dirampok” menjadi haknya para elit politik untuk kepentingan peningkatan kesejahteraan bagi dirinya sendiri dan kroninya. Rakyat sebagai pemegang saham mayoritas dan pemilik kedaulatan hanya bisa dibikin gigit jari,tidak pernah menikmati deviden yang menjadi haknya.

Keempat, nyaris nihil yang memiliki visi kebangsaan yang paripurna untuk membawa negeri ini ke arah yang lebih baik, lebih maju dan lebih berperadaban. Pidato politiknya hanya pepesan kosong yang penuh dengan janji hampa atau sebagai retorika politik yang tak bermakna apa-apa karena yang dikejarnya hanya pemuasan sahwat politik.

Hari-hari penuh omong kosong alias omong doank. Bangsa dan negara mau dibawa kemana tidak ada konsepnya yang jelas sebagai haluan negara yang dapat menjadi panduan kita bergerak maju membangun peradaban bangsa. Dengan kondisi yang seperti itu gambarannya,apakah pada tahun 2014 kita akan mendapatkan CEO yang handal sebagai kepala negara dan sebagai kepala pemerintahan yang bisa melakukan perubahan yang berarti bagi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Semoga saja bangsa ini berhasil menemukan satrio piningitnya dan bersedia turun dari kayangan untuk memimpin negeri ini dan berhasil memanajemeni Indonesia sebagai penghasil deviden bagi rakyat,meskipun dengan harap-harap cemas .Pun semoga pula kita mendapatkan para komisarisnya (anggota DPR) yang bisa menjadi pengawas yang baik, penyusun anggaran negara yang akuntabel dan para penyusun legislasi yang bisa mencerahkan dan bisa membuat Indonesia keluar dari berbagai masalah yang dihadapinya.

Namun para juru ramal politik naga-naganya tidak terlalu yakin dan kurang percaya diri bahwa pada tahun 2014 bangsa dan negara ini akan dinakhodai oleh manusia Indonesia yang hatinya mulia, tidak ada yang berjiwa senkuni, hoby makan uang haram dan yang secara terus menerus mau belajar untuk memperbaiki kehidupan rakyat.

Melalui media ini, hanya bisa dititipkan pesan bahwa daya tekan rakyat kepada parpol dan para elitnya yang nanti terpilih sebagai CEO di pemerintahan dan para legislator di DPR harus makin keras kita lakukan. Tujuannya hanya satu, yakni memberikan pendidikan kepada mereka agar bekerja lebih bertanggung jawab kepada rakyatnya,sehingga dengan hasil kerja kerasnya itu negara terbebas dari kebangkrutan.

Rakyat sebagai pemegang saham mayoritas dan sekaligus pemilik kedaulatan rakyat dapat menikmati devidenya secara adil dan wajar di setiap tahun. Para CEO dan para komisaris ke depan harus mampu bekerja lebih profesional agar bisa mengkapitalisasi aset bangsa demi kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh warga bangsa di negeri ini. Yang salah, korup harus dihukum dan yang bekerja baik pantas diberikan penghargaan.

Mereka harus menghasilkan karya-karya besar dan legasl yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya serta ramah dengan alam sekitarnya. Hanya dengan cara ini,parpol akan mendapat status blue chip.

Tetapi kalau kinerjanya buruk dan tidak ada tanda-tanda sedikitpun akan berubah kelakuan politiknya,pasti sahamnya tidak akan laku .Akhirnya parpol tsb pantas untuk dilikuidasi dan dibubarkan saja karena hanya akan menjadi beban sejarah. Semoga saja pada pileg dan pilpres tahun 2014 yang menjadi golput tidak makin bengkak. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS