Site icon TubasMedia.com

Peranan Rela Dalam Jiwa

Loading

Oleh : T. Hartono

ilustrasi

ilustrasi

SUATU saat seseorang terkadang dihinggapi perasaan yang menekan yang menyebabkan kecewa, iri, putus asa dan lain-lain yang menjadikannya sedih. Ini sebenarnya gejala sakit hati. Mengapa seseorang terkena sakit hati?

Sebenarnya apabila diteliti dengan seksama, timbulnya rasa sakit hati karena seseorang belum dapat rela atau tidak rela. Contoh: Kita terkadang kecewa karena tidak dapat membeli barang yang kita idam-idamkan, lebih-lebih kita melihat teman sudah memilikinya, tanpa sadar ada rasa iri di hati yang dalam. Akibatnya merasa susah, karena tidak rela didahului teman sendiri. Mengapa tidak rela? Sebab selalu ingin nomor satu, ingin unggul, dan sebagainya, yang berarti juga tidak mau berkorban baik lahir maupun batin untuk kepentingan diri sendiri.

Apabila kita dapat menerima keadaan yang kurang atau tidak mengenakkan seperti tadi, dengan jalan merelakan dan mengorbankan perasaan itu demi kebahagiaan atau kebaikan orang lain, lebih-lebih demi kemanusiaan, maka akan memperoleh perasaan lega. Sekaligus perasaan sakit hati terusir.

Dengan terusirnya perasaan yang tidak enak, maka akan muncul perasaan tenang dan tenteram, terlebih-lebih apabila kita meperoleh sesuatu yang menyenangkan, kita tinggal menghitung kebahagiaan-kebahagiaan yang selalu datang setiap hari, sedang kekecewaan dan perasaan-perasaan tidak enak sudah dibuang jauh-jauh dan tidak mempengaruhi jiwa kita lagi. Inilah yang disebut dengan: “Count your blessings”, yang maksudnya ialah hitunglah kebahagiaanmu (jangan menghitung kesusahanmu).

Contoh lain: Setiap hari kita pergi ke tempat kerja. Mungkin dalam perjalanan kita akan menemui kesulitan-kesulitan, misalnya: kehujanan, tergelincir di lumpur, kendaraan mogok, macet dan sebagainya. Kita tidak perlu merasa susah, berkeluh kesah atau menyesali diri. Relakan saja semua itu seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada diri kita. Sebaliknya, apabila kita menjumpai hal-hal yang bagus dan membahagiakan, nikmatilah dengan rasa terima kasih kepada Tuhan atas segala karunia-Nya.

Misalnya melihat bunga yang bagus, oh alangkah indahnya… begitu agungnya Sang Maha Pencipta. Kita berjumpa dengan sahabat lama, oh alangkah senangnya… begitu kasihnya Sang Maha Penyayang. Kita mendengar ceramah yang menarik , oh alangkah baiknya… begitu bijaknya Sang Maha Pengasih. Begitulah kita selalu menikmati kebahagian-kebahagian yang disuguhkan alam, atau dari orang lain dengan rasa riang dan terima kasih. Dengan demikian, jiwa kita selalu segar dan kesegaran ini akan memancar ke luar yang terlukis pada muka yang berseri-seri penuh senyuman.

Kita sebaiknya juga selalu merasa bahagia, apabila melihat kebahagiaan yang dialami orang lain. Ada ungkapan dalam bahasa Inggris demikian: “Thing each day of some one whom you know to be in sorrow or suffering, and pour out your loving thought upon him” yang artinya: Carilah setiap hari olehmu orang-orang yang kauanggap sedang dalam kesusahan dan curahkanlah perhatianmu dengan penuh rasa cinta kasih kepadanya. Maksudnya ialah agar kita setiap hari selalu membuat kebaikan-kebaikan kepada orang-orang yang perlu ditolong.

Kita dapat memberi pertolongan yang dibutuhkan dengan harta benda kita, tenaga, pikiran atau mungkin hanya rasa simpati, asal pertolongan yang kita berikan itu dilakukan dengan rela. Mungkin kesempatan untuk berbuat baik seperti itu tidak kita jumpai setiap hari, tetapi yang telah dilaksanakan dengan kerelaan sudah memadai. Apabila kita dapat memperlihatkan perasaan riang dan gembira setiap hari, niscaya akan memberi pengaruh positif juga kepada orang-orang di sekitar kita. Hadapilah atau layanilah setiap orang dengan suasana riang, penuh senyum dan cinta kasih karena kerelaan.

Dengan demikian, kita dapat selalu menghitung kebahagiaan kita yang makin bertambah, kecuali kebahagiaan untuk kita sendiri, juga kebahagiaan orang lain, yang pada hakikatnya pun kebahagiaan kita juga, karena hidup sebenarnya satu. ***

Exit mobile version