Pengamat: Prahara di PD, Bukti Kekuasaan Orang-orang Gila
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Begitulah saran yang dilontarkan Pemerhati Politik, M Rizal Fadillah menanggapi prahara di Partai Demokrat yang baru saja diguncang oleh kegiatan yang diklaim sebagai Kongres Luar Biasa (KLB) di Deliserdang, Sumatera Utara kemarin.
Rizal menyampaikan, apa yang disampaikan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurthi Yudhoyono yang biasa disapa AHY, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono yang biasa disapa SBY, hingga sejumlah kader harus diimplementasikan secara serius.
“AHY sang Ketum yang diruntuhkan mengancam untuk melawan, SBY minta Menkumham tidak mengesahkan hasil KLB, Andi Arief berkoar Istana akan digeruduk. Tentu semua akan melihat bukti-bukti nyata untuk membuat Istana gentar,” ujar Rizal dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Sabtu (6/3).
Hal ini penting menurut Rizal, lantaran akan ada dampak yang terjadi jika langkah-langkah taktis dari sosok Ketum hingga sosok pendiri partai yang itu tidak dilakukan.
“Jika tidak, ya nasib berbicara lain. Menkumham mengesahkan hasil KLB, artinya matilah SBY dan AHY. Demokrat abal-abal berubah menjadi Demokrat baru di tangan Istana, koalisi hasil kooptasi atau aneksasi,”
Lebih lanjut, dengan melihat kejadian yang dialami Partai Demokrat ini, Rizal berpendapat demokrasi di Indonesia sebagai hanya jargon politik yang sudah terdistorsi oleh hasrat kekuasaan rezim.
Karena menurutnya, keterlibatan Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Moeldoko di KLB Deliserdang jelas-jelas memperlihatkan ada upaya pendongkelan terhadap independensi partai politik.
“Demokrasi diplesetkan menjadi democrazy. Kekuasaan orang-orang gila. Gila kekuasaan dan gila kejumawaan. Dalam era transaksional, menjadi gila kekayaan juga,” ucapnya.
“Memalukan! Sudah terlalu banyak kasus hingga kebal dengan peristiwa memalukan atau memilukan. Yang penting tujuan dapat tercapai dan rakyat aman atau diam-diam saja,” demikian M Rizal Fadillah. (ris)