Site icon TubasMedia.com

Pelayanan Angkutan Umum Jabodetabek Semakin Baik

Loading

Oleh: Anthon P Sinaga

Angkutan Umum

ANGKUTAN umum yang melayani antardaerah Jakarta-Bogor-Depok- Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) sudah semakin baik akhir-akhir ini. Dari segi kuantitas semakin banyak pilihan, namun dari segi kualitas masih perlu ditingkatkan. Dengan semakin baiknya fasilitas angkutan umum, maka penggunaan kendaraan pribadi akan semakin berkurang, sehingga kemacetan lalu lintas akan semakin terurai.

Layanan Kereta Rel Listrik (KRL) Jakarta-Bogor, Jakarta-Bekasi dan Jakarta-Serpong-Tangerang yang semakin baik dan lancar, bersamaan dengan penyediaan tempat parkir kendaraan mobil dan motor (park and ride) di stasiun-stasiun KRL, jelas semakin mengurangi kepadatan lalu lintas di jalan raya. Apalagi kalau fasilitas penitipan kendaraan ini semakin ditambah dan semakin murah, akan lebih bermanfaat ganda. Yakni penggunaan bahan bakar minyak (BBM) semakin berkurang, dan jumlah kendaraan yang melintas di jalan raya semakin mengurangi beban dan volume jalan yang tersedia.

Peluncuran bus transjabodetabek oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Suroyo Alimoeso tanggal 1 Oktober lalu, semakin menambah alternatif bagi pelaju pekerja seputar kota mitra Jakarta untuk beralih ke angkutan umum. Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyebutkan Bekasi, Depok, Bogor dan Tangerang sebagai kota mitra, dengan tanggung jawab pembangunan yang setara, bukan kota pendukung.

Bus transjabodetabek merupakan moda transportasi terintegrasi antara Jakarta dan wilayah mitranya, yakni Bekasi, Depok, Bogor dan Tangerang. Hari itu ditandai dengan peluncuran 10 bus transjabodetabek rute Ciputat, Tangerang Selatan – Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Setelah rute ini, Ditjen Perhubungan Darat akan mengembangkan lagi rute transjabodetabek dari Depok, Kota Tangerang, Bekasi dan Bogor.

Bus transjabodetabek hampir serupa bentuknya dengan angkutan perbatasan terintegrasi bus transjakarta (APTB) yang sudah dua tahun terakhir ini dioperasikan di wilayah Jabodetabek. Bedanya, APTB merupakan angkutan yang melayani wilayah perbatasan, misalnya Kota Tangerang dengan Jakarta, Bogor dengan Jakarta, serta Bekasi dengan Jakarta. Sedangkan bus transjabodetabek melayani seluruh wilayah Jabodetabek. Sehingga izin trayeknya berada di tangan Kementerian Perhubungan, karena mencakup tiga provinsi.

Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Suroyo Alimoeso mengatakan, pihaknya mencoba mengelola transportasi massal menjadi satu sistem yang pengaturannya berasal dari tingkat nasional. Sementara APTB dikelola Pemerintah DKI Jakarta dan kota-kota mitranya. Bagi masyarakat, sebenarnya tidak ada masalah dikelola tingkat nasional atau tingkat daerah, yang penting pelayanannya lancar, baik dan berkesinambungan.

Bus transjabodetabek yang berwarna biru ini dilengkapi dua kamera pemantau dan sistem GPS untuk memantau perjalanan bus. Tersedia juga mikrofon di speedometer untuk memudahkan pengemudi berkomunikasi dengan penumpang. Pada bus APTB perangkat seperti itu tidak ada. Bus transjabodetabek ini berkapasitas 32 tempat duduk dan 50 orang berdiri. Saat ini masih uji coba dan gratis. Tetapi sudah direncanakan tarif Ciputat – Blok M sebesar Rp 7.000 per sekali perjalanan. Rencananya pada akhir tahun ini masih akan didatangkan puluhan bus serupa untuk memenuhi rute-rute lainnya.

Sementara itu, angkutan bus terintegrasi bus transjakarta (APTB) dari Bekasi, Bogor dan Tangerang, memang saat ini sudah berjalan lancar. Namun menurut para pengguna, masih perlu ditingkatkan kualitas pelayanannya, termasuk perawatan bus dan pengaturan jarak waktu keberangkatannya.

Pemerintah kota yang bermitra dengan Pemprov DKI, hendaknya juga bersungguh-sungguh ikut terlibat, karena APTB ini juga memberikan pelayanan transportasi yang baik bagi warganya.

Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel), patut diacungi jempol dengan adanya pembangunan transportasi terintegrasi di wilayahnya, yang disebut program Circle Tangsel.
Pemekaran kota baru seluas 147,19 kilometer persegi dengan kepadatan penduduk 1,3 juta jiwa per kilometer persegi ini, menyadari perlu pengaturan sistem transportasi dalam kota yang terintegrasi dengan moda angkutan lainnya.

Hampir 50 persen penduduk Kota Tangsel bekerja di Jakarta dan sebagian lagi di kota sekitar Bodetabek. Sehingga, menurut Wali Kota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany, selain APTB dan kini ada bus transjabodetabek, pihaknya juga perlu menghadirkan transportasi terintegrasi untuk kelancaran pergerakan penduduknya. Untuk itulah Pemkot Tangsel membuat program Circle Tangsel.

Program ini merupakan jaringan sistem transportasi bus mengelilingi kota yang menghubungkan lima stasiun kereta api yang ada di wilayahnya. Menurut Airin, tahun ini pihaknya melakukan pengadaan lima bus untuk program Circle Tangsel dari APBD sendiri. Pihaknya kini sedang mengkaji rute, besaran tarif dan membangun infrastrukturnya.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangsel, Sukanta, menambahkan, dalam program Circle Tangsel, bus akan melayani empat koridor. Salah satu yang sedang dikerjakan adalah koridor Pondok Cabe-Stasiun Serpong. Pada rute ini, bus akan mengangkut penumpang dari Pondok Cabe, Ciputat, Pondok Aren, BSD, dan berhenti di Stasiun Serpong. Bus akan kembali ke Pondok Cabe dengan rute yang sama. Koridor lainnya menyusul.

Exit mobile version