Menyiasati Cobaan Hidup
Oleh: F. P. Susilo

Ilustrasi
SEPANJANG perjalanan hidup manusia, sejak lahir sampai meninggalkan dunia tidak lepas dari ujian atau cobaan hidup. Ujian atau coban hidup adalah kejadian-kejadian yang dialami seseorang.
Kejadian-kejadian tersebut umumnya berupa hal-hal yang membuat hidup terasa berat, walau sebenarnya kejadian hidup yang menyenangkan pun dapat berisi cobaan. Pada saat kita menerima kenaikan pangkat atau jabatan, bisnis sukses, mendapat rejeki yang tidak terduga dan lain-lain juga merupakan suatu cobaan, apabila kita lupa bersyukur kepada Tuhan, lalu tenggelam dalam kesenangan dunia.
Akhirnya menyebabkan tidak pernah merasa puas/bersyukur lalu menghalalkan segala cara untuk memenuhi kepuasan yang tidak ada habisnya dan jauhlah manusia dari Tuhan.
Maksud Cobaan Hidup
Pada umumnya bentuk cobaan hidup adalah kejadian-kejadian yang menyengsarakan. Seseorang yang ingin selalu dekat dengan Tuhan akan menerima cobaan hidup, hal ini karena Tuhan akan membersihkan hati hamba-Nya yang masih kotor atau berdosa. Sebab manusia dapat dekat dengan Tuhan apabila syaratnya terpenuhi. Syaratnya adalah kesucian hati. Dengan dekat kepada Tuhan seseorang akan merasakan ketenteraman. Pada saat itulah Tuhan menaikkan derajat kejiwaannya.
Oleh karena itu, seharusnya kita bersyukur apabila mendapat cobaan atau ujian hidup, karena kita mendapat kesempatan untuk membersihkan diri menyucikan hati agar derajat kejiwaan kita semakin dewasa, dan memiliki ketenangan jiwa menghadapi kehidupan dunia yang selalu berubah dan tidak abadi.
Menyiasati Cobaan Hidup
Saat kita menerima cobaan hidup tidak perlu berpikir dosa apa yang telah kita perbuat sehingga mengalami penderitaan hidup yang menyedihkan. Hal yang terpenting adalah segera sadar bahwa apa yang terjadi pada diri kita adalah kebijaksanaan Tuhan untuk kebaikan hamba-Nya. Selanjutnya mendekat dengan berserah diri kepada-Nya, serta bertobat dan bersyukur kepada Tuhan dengan ketakwaan, ikhlas menjalankan yang sedang dihadapi dan bersabar. Sadarlah bahwa Tuhan Mahaadil dan kehendak-Nya hanya demi kebaikan hamba.
Pada saat kita mengalami cobaan hidup janganlah menangis dan mengeluh, karena itu akan menambah kegelapan di hati. Apabila hendak menangis, menangislah dan mengaduhlah kepada Tuhan, Tuhanlah yang akan menuntun dan menolong kerepotan kita.
Kehidupan bagaikan roda yang berputar, maka yakinlah bahwa tidak selamanya kita memikul kesulitan, suatu saat pasti akan ada perubahan. Dan apabila kita mau merasa-rasakan saat-saat kita mengalami kesulitan hidup, Tuhan senantiasa melimpahkan rahmat-Nya sesuai kebutuhan kita sebagai pelipur lara.
Apabila kita mau belajar iklas menjalani cobaan yang sedang kita alami, maka tidak boleh merasa susah, meskipun hal itu tidak mudah dilaksanakan dan tidak dapat spontan dilaksanakan saat menerima cobaan, tetapi berusahalah sedikit demi sedikit secara bertahap untuk iklas dan sabar.
Jadi, apabila kita menerima cobaan hidup berupa kesulitan hidup/kesengsaraan, sikap yang utama adalah mendekat kepada Tuhan dan jangan sampai keluar dari garis-garis ketentuan Tuhan. Mendekat kepada Tuhan dengan dilandasi sikap bersyukur, iklas dan sabar adalah cara untuk meringankan penderitaan dan sekaligus pula menanam bibit baik guna menghaluskan budi pekerti dan menanam nasib mujur.***