Menghadapi Daya Tarik Indahnya Dunia

Loading

Oleh : Suparno, BA

Ilustrasi

Ilustrasi

TENTU tidak ada yang membantah bahwa daya tarik dunia sangat sulit kita hindari. Apalagi akhir-akhir ini ketika ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang begitu pesat. Hal-hal yang pada dekade lalu masih merupakan impian, pada saat ini banyak yang telah menjadi kenyataan. Kemajuan bidang teknologi, transportasi dan komunikasi membuat dunia terasa bertambah sempit.

Dampak kemajuan teknologi yang pesat mempengaruhi pola kehidupan masyarakat, dunia semakin gemerlap, daya tariknya semakin mempesona. Sehingga, bagi orang yang tidak memiliki landasan iman dan budi pekerti yang baik, mudah silau dan terkecoh oleh gemerlapnya keindahan dunia.

Hingga akhirnya mencari jalan apa pun asal dapat meraih keindahan dunia ini. Sebaliknya bagi manusia yang telah memiliki dasar iman dan budi pekerti yang baik dapat menerima gemerlap keindahan dunia sewajarnya. Sewajarnya yang berarti ia dapat hidup sederhana atau secukupnya, tidak berlebih-lebihan.

Jika ia memiliki kelebihan penghasilan dari hasil kerjanya, dengan ketulusan akan disedekahkan kepada mereka yang membutuhkan. Oleh karena ia telah mengerti bahwa, mencari harta benda atau kekayaan adalah untuk kekuatan hidupnya di dunia. Agar ia dapat melaksanakan kesanggupan dan kewajibannya sebagai hamba Tuhan dengan baik.

Ia juga telah mengerti bahwa penyebab seseorang lupa pada kewajibannya sebagai hamba Tuhan bukanlah harta bendanya, tetapi rasa kecintaannya atau kelekatan hatinya pada barang-barang dunia itu.

Seseorang yang telah memiliki dasar iman yang kuat dan budi pekerti yang baik juga telah mengerti bahwa ketika ia mengabdi pada tugas lahir, melaksanakan tugas dan kewajibannya di dunia untuk mencari penghidupan tidak akan mengganggu tugas kesanggupan batinnya, yaitu untuk berbakti dan taat pada perintah Tuhan.

Ia mengerti bahwa selama melaksanakan tugas di dunia ia harus bekerja keras dengan cermat dan teliti sampai apa yang menjadi cita-citanya tercapai. Tetapi ia tidak akan melupakan tugas batinnya sebagai hamba Tuhan. Hal ini telah dilatihnya sejak muda sampai tua dengan konsisten. Sedangkan apabila nanti ia telah sampai usia lanjut, ia pun mengerti dan melatih diri untuk dapat dengan rela melepas semua hal keduaniawiannya, dan berkonsentrasi melaksanakan tugas batin untuk selalu mendekat kepada Tuhan.

Seseorang yang memiliki iman kuat dan budi pekerti yang baik juga sadar bahwa tibanya ajal tidak antri umur, oleh karena itu, setiap saat ia selalu siap untuk meninggalkan semua kecintaannya pada keindahan dunia yang dimilikinya. Kecintaan kepada barang-barang keduniawianlah yang menyulitkan perjalanan hamba kembali ke hadirat Tuhan, yang berarti tidak memiliki keikhlasan meninggalkan semua yang dicintai di dunia.

Dunia boleh semakin gemerlap, indah dan mempesona. Manusia boleh meraihnya, memilikinya, tetapi harus sadar bahwa semua yang tergelar di dunia tidak abadi, semua akan rusak, musnah pada waktunya. Jadi, apabila tidak ingin sakit atau sengsara ketika harus berpisah dengan semua yang dicintai di dunia, ingatlah semua yang ada hanya sementara. Kecintaan kita yang abadi hanya kepada Tuhan saja, pencipta alam semesta ini dan dari sana kita berasal dan kesanalah kita kembali.

Ketika kita harus kembali kepada Sang Khalik tidak ada satu pun yang kita cintai di dunia mengantarkan kita, yang mengantarkan hanyalah kesucian hati, perbuatan utama di dunia serta rasa cinta kita kepada-Nya. Oleh karena itu, jangan sampai terkecoh oleh daya tarik keindahan dunia.

Penulis tinggal di Surabaya

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS