Mengenalkan Budaya Melalui Metode Belajar Luar Ruang
Laporan: Redaksi

Ilustrasi
BANYUMAS, (TubasMedia.Com) – Usai ujian kenaikan kelas, sejumlah murid sekolah dasar memanfaatkan waktu untuk melakukan kegiatan luar ruang atau yang dikenal dengan istilah outdoor. Seperti yang dilakukan siswa kelas V SD N 1 Bantarsoka Purwokerto, Kamis lalu. Mereka mengunjungi sentra pengrajin Nopia -makanan khas Banyumas di Desa Kepunden Banyumas dan Museum Wayang Sendangmas di komplek alun-alun Banyumas.
Kegiatan outdor ini untuk melatih siswa menulis laporan hasil pengamatan. Selain itu juga mengenalkan mereka secara langsung pada kekayaan budaya yang ada di daerahnya, seperti yang dipelajari dalam muatan lokal (Mulok Budaya Banyumasan). Menulis laporan hasil pengamatan juga merupakan salah satu materi yang diajarkan pada siswa kelas V SD.
Para siswa terlihat antusias mengikuti kegiatan yang bersifat rekreatif sekaligus edukatif ini. Seperti yang dituturkan salah seorang siswa, Sekar Diva (11) kepada tubasmedia.com saat mengunjungi Museum Sendangmas. Namun Sekar menyayangkan tidak adanya petugas museum yang bisa memandu dan dijadikan sebagai nara sumber. Padahal bersama teman-temannya sudah menyiapkan banyak pertanyaan untuk bahan penulisan laporan yang ditugaskan sekolah. “Sebelum berangkat sebenarnya sudah menyiapkan banyak pertanyaan tapi akhirnya hanya melihat-lihat saja”, katanya.
Metode pembelajaran luar ruang sebenarnya sudah lama dikenal dalam dunia pendidikan. Metode ini diakui efektif untuk mentransfer pengetahuan maupun menanamkan nilai-nilai hidup yang baik bahkan untuk melakukan perubahan perilaku. Peserta didik diajak untuk aktif dengan melakukan pengamatan dan mengajukan berbagai pertanyaan langsung dengan nara sumber terkait obyek yang diamati.
Secara terpisah praktisi pendidikan luar ruang dari Candradimuka Resourses Purwokerto, Dani Armanto mengakui metode pembelajaran luar ruang mampu memberi kapasitas belajar tiga kali lebih besar bagi anak-anak. “Jika materi yang sama diajarkan di dalam kelas, peserta didik akan cepat bosan. Misalnya anak-anak bisa bertahan satu jam di dalam kelas, mereka bisa bertahan sampai tiga jam di luar kelas untuk menerima materi yang sama” katanya. (joko)