Masker, Andalan Saat Asap Tebal

Loading

Laporan : Redaksi

ilustrasi

ilustrasi

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Masker, penutup mulut dan hidung, makin populer. Benda in diyakini mampu menyaring debu dan asap, sehingga tidak sampai terhirup pemakainya. Maka, tak heran, di kota-kota besar, terutama Jakarta, kian banyak orang mengenakan masker. Tak peduli sedang jalan kaki atau naik angkot, masker dipakai untuk mencegah munculnya infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA. Lama-lama bisa jadi, pemakaian masker dengan beragam desain dan gambar, menjadi gaya hidup.

Sebelumnya pengggunaan masker ini lebih ramai tatkala satu kota berselimutkan kabut asap dari pembakaran hutan dan lahan. Pemerintah daerah yang wilayahnya terkena asap tebal akan langsung mengimbau warga mengenakan masker jika berada di luar rumah. Tak sedikit pula pemda atau sukarelawan yang menyediakan masker gratis. Penyaring debu dan asap itu dibagi-bagikan di tempat-tempat strategis. Belakangan, masker, baik sekali pakai maupun yang bisa dicuci, dijual bebas. Bisnis masker pun menguntungkan.

Lebih baik mencegah daripada mengobati, itulah hakikat penggunaan masker. Maka, kita mengapresiasi langkah berbagai pihak, yang terjun membagibagikan masker gratis di tengah sapuan asap tebal di wilayah Riau, belakangan ini. Jika upaya mencegah tak berhasil, maka jumlah warga yang memeriksakan kesehatan ke puskesmas, rumah sakit, dan atau dokter praktik, pasti bertambah. Meningkatnya jumlah penderita ISPA di daerah yang terpapar asap selalu terjadi, seperti dilaporkan media massa.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, dalam surat elektroniknya, Selasa pekan lalu, mengimbau warga menggunakan masker, khususnya di daerah yang dilanda kebakaran hutan dan lahan.
“Sedapat mungkin hindari atau kurangi aktivitas di luar rumah atau gedung, terutama yang menderita penyakit jantung dan gangguan pernapasan. Jika terpaksa pergi ke luar rumah dan gedung maka sebaiknya menggunakan masker,” kata Tjandra.

Dirjen P2PL juga menyarankan masyarakat meminum air putih lebih banyak dan memiliki Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), seperti makanan bergizi, tidak merokok, beristirahat yang cukup, dan lain-lain. Sedang yang telah mempunyai gangguan paru dan jantung sebelumnya, hendaknya meminta nasihat dari dokter untuk perlindungan tambahan sesuai kondisi.

Mengingat asap juga mengandung partikel polutan padat, Tjandra mengimbau warga untuk melindungi penampungan air minum dan makanan keluarga. Jangan lupa buah-buahan dicuci sebelum dikonsumsi. Bahan makanan dan minuman yang dimasak juga perlu dimasak dengan baik.

Gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat kabut asap, antara lain, iritasi pada mata, hidung dan tenggorokan serta alergi, peradangan dan infeksi. Kabut asap juga memperburuk asma dan penyakit paru kronis lain, seperti bronkitis kronik, serta memengaruhi kemampuan kerja paru, sehingga orang mudah lelah dan kesulitan bernapas.

Kabut asap juga akan membuat ISPA lebih mudah terjadi. Buktinya, dari data kunjungan ke poli puskes Dumai Kota pada 14-21 Juni, sebanyak 109 kasus ISPA baru yang diperkirakan akibat kabut asap. (ender)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS