Kepala SMA Negeri Unggulan Terancam Dipindahkan
Laporan: Redaksi

Ilustrasi
JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengancam akan memindahkan kepala sekolah dan guru-guru Sekolah Menengah Atas Negeri Unggulan (SMANU) Mohammad Husni Thamrin, Cipayung, Jaktim, apabila tidak mau mengikuti aturan kesepakatan baru mengenai sistem pendanaan sekolah.
SMANU MH Thamrin adalah sekolah khusus berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 212 Tahun 2010 dan sekolah ini didirikan berdasarkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta murni.
Persoalannya adalah pihak sekolah mengaku uang APBD yang selalu turun setiap tahunnya sebesar Rp3,7 miliar per tahun dalam tiga tahun belakangan selalu tidak mencukupi biaya operasional sekolah.
“Ini permasalahannya di mana? Masalahnya untuk gaji guru dan kepala sekolah ada TKD (Tunjangan Kinerja Daerah) sebesar Rp6,5 triliun, di luar dari APBD yang ditujukan untuk sekolah. Guru DKI kalau masih mengeluh gajinya kurang, silakan kerja di swasta saja,” kata Basuki yang diakrab disapa Ahok itu kepada Kepala Sekolah SMANU MH Thamrin, saat mengadakan tinjauan bersama dengan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta, rabu silam.
Pihak sekolah selalu mengaku kekurangan dana untuk menutupi biaya operasional dan membayar gaji guru dengan meminta dana sebesar Rp 7,85 miliar kepada komite sekolah.
Pihak sekolah lalu mengancam apabila uang ini tidak didapatkan, maka mutu sekolah unggulan ini akan semakin menurun. Sayangnya, pihak sekolah tidak pernah memberikan rincian kepada komite sekolah, hal inilah yang menjadi awal permasalahan ini bergulir.
Ahok pun mencoba mencari solusi untuk permasalahan ini dengan memberikan pilihan kepada pihak sekolah dalam hal pendanaan sekolah melalui Rencana dan Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) untuk diajukan langsung kepada pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
“Bapak ingin sampai berapa triliun untuk sekolah ini supaya bisa menjadi nomor satu? Saya tidak ingin mutu sekolah dirubah karena uang tidak ada. Mengajukan berapapun boleh asal jangan tidak wajar. Mari kita bicara kepatutan, tuntut gaji besar boleh asal benar-benar patut, mutu anak jadi benar,” tegas Ahok.
Ahok pun mempertanyakan sekolah yang seharusnya juga diperuntukkan bagi siswa miskin dengan kemampuan intelektualnya (IQ) tinggi, tetapi pada kenyataannya sekolah dengan sistem asrama ini justru didiami oleh anak-anak dari keluarga yang mampu.
“Sekolah ini sudah dengan sistem asrama, menjadi terobosan yang luar biasa untuk anak miskin. Tapi kok orang miskinnya seperti didzalimi. Saya kalau begini minta kepada Dinas Pendidikan untuk bangun sekolah seperti ini tapi khusus anak miskin saja,” tandasnya. (tim)