Katanya Prabowo Dipilih Rakyat, Tapi Disambut Demo di Seluruh Negeri, Aneh !!!
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Gelombang aksi unjuk rasa mahasiswa terus menggempur pemerintahan Presiden Prabowo Subianto meski baru berjalan lebih dari 100 hari.
Kritik datang dari berbagai pihak, termasuk pegiat media sosial, Tommy Shelby, yang menyoroti situasi tersebut.
Tommy mempertanyakan bagaimana presiden yang diklaim sebagai pilihan rakyat justru disambut dengan demonstrasi besar-besaran oleh mahasiswa di berbagai daerah.
“Presiden yang katanya dipilih langsung oleh rakyat, tapi sudah disambut demo mahasiswa di seluruh negeri,” ujar Tommy di X @TOM5helbhy (20/2/2025).
Ia juga menyinggung bahwa kondisi ini mencerminkan demokrasi yang terasa seperti trial version, seolah-olah kebebasan berpendapat masih diuji dalam pemerintahan saat ini.
“Demokrasi rasa trial version?,” tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, langkah Presiden Prabowo Subianto dalam menjalankan program unggulan Makan Bergizi Gratis (MBG) dinilai sangat ambisius. Dampaknya, terjadi pemangkasan anggaran atau efesiensi di lingkungan Kementerian.
Tidak heran, tagar #IndonesiaGelap terus digaungkan hingga aksi unjuk rasa di beberapa kota besar terjadi beberapa hari terakhir.
Seperti di kota Makassar, mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) terus menunjukkan konsistensinya dalam menyuarakan perlawanan.
Patahkan Asumsi Jokowi
Mereka mematahkan asumsi Jokowi saat menyebut bahwa tidak ada pihak yang berani mengkritik Presiden Prabowo.
Presiden BEM UNM, Hasrul, menyayangkan langkah Presiden yang mengutamakan program makan gratis dibandingkan pendidikan gratis.
“Rezim Prabowo Gibran ini berfokus membiayai makan bergizi gratis, saya pikir bahwa ini perlu dievaluasi secara total,” ujar Hasrul kepada awak media, Kamis (20/2/2025).
Dikatakan Hasrul, apa yang dia janjikan semasa kampanye oleh Prabowo sejauh ini belum efektif.
“Apalagi makan bergizi gratis ini sampai di tingkatan SMP dan SMA, ini kalau dengan alibi Menekan angka stunting ini sudah terlambat,” cetusnya.
Menurut Hasrul, pelajar yang telah duduk di bangku SMP dan SMA sudah sulit ditangani mengenai stunting.
“Ini membutuhkan banyak anggaran, yang pada akhirnya berakibat fatal lah pada anggaran khususnya di bidang pendidikan, bidang infrastruktur, bidang kesehatan dan bidang bidang lainnya,” terangnya. (sabar)