Kak Seto: Buat Apa Anak SD Bawa Buku Satu Koper ke Sekolah…
PADANG, (tubasmedia.com) – Psikolog anak, Dr Seto Mulyadi SPsi, MSi. atau biasa dikenal dengan panggilan Kak Seto menyatakan miris melihat sistem pendidikan, khususnya pendidikan anak-anak SD di Indonesia saat ini.
Menurutnya, sistem yang diterapkan saat ini, bukannya mendidik anak-anak SD, melainkan “memperkosa” anak-anak yang masih butuh waktu bermain dan belajar.
Coba lihat, kata Kak Seto, anak-anak SD yang masih duduk di bangku kelas 1 saja, sudah disuruh gurunya membawa buku dalam jumlah yang banyak, bukan lagi satu tas, melainkan satu koper.
‘’Buat apa buku satu koper dibawa ke sekolah. Kapan bacanya, emang cukup waktu dan seberapa hebatnya otak anak-anak kecil membaca lalu menelaah ilmu yang ada dalam buku tersebut,’’kata Kak Seto saat berbincang dengan tubasmedia.com dalam perjalanan Padang-Jakarta kemarin.
Memang dalam pandangan sehari-hari, tidak sedikit anak-anak SD yang datang ke sekolah menyeret koper yang ada rodanya. Di dalam koper tersebut adalah buku-buku pelajaran dalam jumlah yang sangat banyak.
‘’Benar kan ? Lalu untuk apa itu bawa buku banyak. Gila…ndak benar ini, emang hebat kalau sudah bawa buku banyak,’’ katanya.
Belum lagi kata Kak Seto, sepulang sekolah, anak-anak dibebani dengan PR (pekerjaan rumah) yang jumlahnya juga tidak sedikit. Sudah bawa buku ke sekolah dalam jumlah yang banyak, lalu pulangnya sudah menjelang sore kemudian dibebani lagi dengan PR yang sangat banyak pula.
‘’Mabuk itu anak-anak, ndak sempat otaknya istirahat. Otaknya capek membaca buku yang banyak, membuat PR yang juga banyak dan pisiknya juga capek menggendong koper buku . Saya tak setuju ini dan harus diubah,’’ katanya.
Di bagian lain kata Kak Seto, tindakan guru yang suka memposting gambar anak-anak siswa SD yang dikenakan sanksi oleh guru dalam grup WA adalah tidak mendidik. Guru yang suka melakukan hal itu katanya adalah guru yang sudah lama tidak meng-up grade dirinya
‘’Tidak ada artinya siswa yang sedang dihukum, difoto lalu gambarnya diposting dalam WA grup. Tujuannya apa ? Mempermalukan kan ? Tak ada unsur positifnya sedikitpun. Lebih baik gambar siswa yang berprestasi disebarkan kemana-mana agar memotivasi siswa yang lain,’’ katanya.
Tentang PR, Kak Seto mengusulkan sebaiknya siswa diberikan PR bukan lagi mempelajari sejarah atau matematika dan yang lain, akan tetapi berikan siswa itu tugas untuk berkreasi.
Misalnya membuat cerita tentang pengalamannya, cerita tentang keluarganya atau cerita tentang tokoh-tokoh idolanya yang dituangkan dalam slembar tulisan.
PR seperti ini menurutnya bisa memotivasi para siswa untuk semakin rajin menulis dan kemudian mengasah otaknya untuk berkreasi. (sabar)